Nabi Musa as
A.P.I AL FADHLU / 10/05/2012 / Kisah 25 Nabi
Pendahuluan
Nama | Musa bin Imran |
Garis Keturunan | Adam as ➪ Syits ➪Anusy ➪Qainan ➪Mahlail ➪Yarid ➪Idris as ➪Mutawasylah ➪Lamak ➪ Nuh as ➪ Sam ➪Arfakhsyadz ➪ Syalih ➪ Abir Falij ➪ Ra'u ➪ Saruj ➪Nahur ➪Azar ➪ Ibrahim as ➪ Ishaq as ➪ Ya'qub as ➪ Lawi ➪ Azar ➪Qahats ➪ Imran ➪Musa as |
Usia | 120 tahun |
Periode sejarah | 1527 - 1407 SM |
Tempat diutus (lokasi) | Sinai di Mesir |
Jumlah keturunannya (anak) | 2 anak (namanya Azir dan Jarsyun), dari istrinya yang bernama Shafura |
Tempat wafat | Gunung Nebu (Bukit Nabu') di Jordania (sekarang) |
Sebutan kaumnya | Bani Israil dan Fir'aun (gelar raja Mesir) |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 136 kali |
Musa
(Mose, Musse, Moses) adalah seorang nabi yang menerima Kitab Taurat.
Nama Musa diberi keluarga Firaun, "Mu" berarti air dan "sa" adalah
tempat penemuannya di tepi sungai Nil. Musa mendapat julukan Kalimullah
yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah.
Pengutusan Nabi Musa
Pada masa Nabi Yusuf,
sekelompok bani Israil telah menetap di daerah Mesir setelah bermigrasi
dari negeri Kan'an. Mereka adalah pemeluk agama tauhid yang berpegang
teguh pada agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan para fir'aun yang
menyembah patung dan berhala. Seiring kemajuan zaman, petumbuhan bani
Israil pun berkembang pesat.
Para
fir'aun khawatir jika mereka mencampuri urusan politik dan agama
kehidupan masyarakat Mesir. Akhirnya, mereka menyiksa bani Israil dengan
siksaan yang pedih. Hal ini terekam dalam firman Allah, "(ingatlah)
ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya;
mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya. Mereka
menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu
yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang
besar dari Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).
Ditengah
kesulitan yang dialami bani Israil, Allah berkehendak atas kelahiran
Musa. Sang ibu pun menyembunyikan kelahirannya, sebagaimana firman
Allah, "Dan
kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami
akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari
para rasul," (QS. Al-Qashash [28]: 7).
Janji
Allah untuk untuk menjaga bayi ini pun terbukti. Fir'aun memperbolehkan
istrinya mencari seorang ibu yang mau menyusui bayi tersebut. Dia pun
menemukan ibu Musa dan menyuruhnya agar menyusui sang bayi.
Musa
dibesarkan di lingkungan istana Fir'aun, di tangan para dukun dan
pemuka-pemuka agama mereka. Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan
hikmah. Pada suatu hari, ada orang Mesir yang mengejek dan memaksa
seseorang bani Israil melakukan suatu pekerjaan untuknya. Orang bani
Israil itu lantas meminta pertolongan Nabi Musa. Dia pun menolongnya dan
memukul orang Mesir itu, dan tanpa sengaja orang itu mati.
Pada
hari berikutnya, orang bani Israil kembali berkelahi dengan orang Mesir
yang lain. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan lagi kepada
Nabi Musa. Akan tetapi Nabi Musa malah membentak dan memarahi orang
Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk. Orang Israil itu mengira
Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"
Mendengar
cerita pembunuhan itu, orang Mesir tersebut segera menemui kaumnya dan
menceritakan apa yang terjadi. Fir'aun pun segera mengirim pasukan
mencari Musa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, salah
seorang yang menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah mendengar
sesuatu yang terjadi di istana Fir'aun. Dia menyuruh Musa pergi
meninggalkan bahaya ancaman Fir'aun. Musa pun pergi meninggalkan Mesir
menuju Madyan, daerah di bagian barat laut Jazirah Arab.
Di
Madyan, Musa tinggal di rumah orang tua yang beriman, yaitu Nabi
Syuaib. Setelah orang tua itu (Nabi Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan
tanggung jawab Musa yang sangat tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan
salah satu putri beliau. Musa kemudian ingin kembali ke mesir setelah
beberapa lama tinggal di Madyan.
Ketika
sampai di Bukit Tursina, Musa tersesat. Tibalah waktu malam saat Allah
hendak memberikan tugas kenabian dan wahyu kepadanya. Pada saat itu,
malam terasa dingin dan Musa melihat cahaya api dari kejauhan. Dia
lantas menyuruh keluarganya agar tidak meninggalkan tempat mereka karena
dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia
sampai ke tempat api tersebut, Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).
Hal
itu kemudian menjadi tanda awal kenabian Musa sebagai Kalimullah.
Permintaan Musa pun dikabulkan dan Allah mengutus pula saudaranya, Harun
sebagai pendampingnya.
Allah
memerintahkan mereka berdua (Musa dan Harun) agar bertutur lemah lembut
saat memperingatkan Fir'aun. Selain itu, mereka juga diperintahkan
untuk mengatakan kepada Fir'aun, "Kami
adalah utusan Rabb alam semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil dan
jangan siksa mereka. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti
petunjuk."
Pada saat itulah kesombongan menguasai Fir'aun hingga dia berkata kepada Musa, "Bukanlah kami yang mengasuhmu sewaktu kecil?1"
Dia pun menyebutkan berbagai kebaikannya terhadap Musa, bahkan mulai
mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi Harun melakukan sihir. Fir'aun
lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli
sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan
menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas
melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan
ular-ular mereka atas pertolongan Allah.
Melihat
mukjizat itu, para ahli sihir Fir'aun pun mengimani Musa dan syariat
Allah yang dia bawa. Mereka juga tidak memedulikan berbagai ancaman
Fir'aun. Mereka semua berkata seperti yang diabadikan al-Qur'an, "Sesungguhnya
kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami
melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(adzab-Nya)," (QS. Thaha [20]: 73).
Fir'aun
lalu berencana membunuh Musa dan Harun serta semakin keras menyiksa
bani Israil. Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menguatkan jiwa dan
bersabar. Dia kemudian berdoa kepada Allah agar menurunkan adzab yang
pedih kepada Fir'aun dan kaumnya. Allah berfirman,"Maka Kami kirimkan
kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah
menjadi darah) sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap
menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. )," (QS. Al-A'raf [7]: 133).
Ketika
Fir'aun dan kaumnya sudah tidak berdaya dengan adzab dengan adzab yang
menimpa mereka, dia pun meminta kepada Musa agar berdoa kepada Allah
untuk menghentikan siksaan itu. Fir'aun kemudian berjanji tidak akan
lagi menyiksa bani Israil. Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar
menghentikan siksaan itu dan Allah pun mengakhirinya. Namun, Fir'aun
ingkar janji, dan dia kembali menyiksa bani Israil untuk kedua kalinya.
Sementara
itu, bani Israil berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan Nabi Harun
agar dia membawa mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa dan Nabi Harun pun
membawa kaumnya dan berangkat ke arah negeri Kan'an melewati Sinai.
Fir'aun beserta bala tentaranya mengejar mereka. Namun, Nabi Musa dan
Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan mukjizat yang
telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya juga ikut
menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir'aun
beserta seluruh tentaranya.
Nabi Musa dan Nabi Harun serta
bani Israil tiba di padang pasir negeri Sinai. Setelah melihat banyak
perbedaan antara daerah itu dan negeri sungai Nil yang subur (Mesir),
mereka mengajukan berbagai permintaan kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah
menerima Taurat. Di dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya
mulai menyeleweng, terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima
lembaran wahyu. As-Samiri telah mempengaruhi bani Israil untuk menyembah
anak sapi sehingga mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan patung
untuk disembah.
Nabi
Musa lantas marah dan mengecam permintaan mereka. Dia ingin menjadikan
sebuah pusat pemerintahan untuk kaumnya. Dia kemudian pergi menuju kota
Ariha (Jericho), tetapi kaumnya tidak mau dan berkata seperti termaktub
dalam al-Qur'an, "Mereka
berkata, 'wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasuki, selagi
mereka ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan
berperanglah kalian berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,' " (QS. Al-Ma'idah [5]: 24).
Di
saat mereka menolak untuk masuk negeri yang disucikan itu, Allah
membalasnya dengan adzab. Mereka pun tersesat di lembah Tih selama 40
tahun. Beberapa tahun setelah itu, Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi
Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani Israil baru merasakan buruk dan
bodohnya perbuatan serta tingkah laku mereka kepada Nabi Musa. Karena
itu, mereka mengangkat Yusya' bin Nun sebagai Raja. Dialah yang kemudian
membawa mereka menyeberangi sungai Jordan (asy-Syari'ah) menuju kota
Ariha dan tinggal di sana.
Jasad Fir'aun (Mineptah bin Ramses II)
Prof.
Afifuddin Thabbarah menyebutkan bahwa Mineptah bin Ramses II
menggantikan kepemimpinan ayahnya. Dialah Fir'aun yang kepadanya Musa
diutus Allah untuk mengeluarkan bani Israil dari Mesir. Dia pula yang
mengejar Musa ke laut hingga dia tenggelam bersama pasukannya. Jasadnya
masih utuh hingga saat ini. Allah berfirman, "Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu," (QS. Yunus [10]: 92).
Mayatnya
ditemukan pada galian-galian di makam Amenhotep II. Saat ini, jasadnya
berada di museum Mesir. Penulis berhenti sejenak untuk melihat jasadnya
dan memohon kepada Allah agar terhindar dari akhir kehidupan yang buruk.
Pantas disebutkan bahwa peninggalan makam Mineptah tidak dipersiapkan
layaknya pemakaman untuk raja seperti dia. Sebab, kematiannya tidak
diperkirakan hingga tidak disediakn kuburan khusus.
Piramid
Para
fir'aun Mesir meyakini kekekalan jiwa dan kehidupan kedua setelah
kematian. Karena itu, mereka sangat memerhatikan pembangunan makam
dengan beragam bentuk. Contohnya, mashtabah (makam yang digali berbentuk
kursi teras dari batu); bangunan bertangga seperti Piramida Saqqarah,
makam berbentuk seperti Piramida di Giza.
Piramida
selalu terdiri dari beberapa lorong dan ruangan yang tidak berjendela.
Di salah satu ruangan rahasianya terdapat makam Fir'aun. Selain itu, ada
juga pemakaman yang dipahat di batu. Bagian pertama piramida berbentuk
ruang bawah tanah dengan banyak tikungan, turunan, dan tangga lalu
bercabang ke berbagai tempat. Pada salah satu ruangan, secara rahasia
diletakkan jasad. Setelah para arkeolog mengungkap berbagai penemuan
yang terus berkembang, mereka telah mampu menemukan semakin banyak mumi
berbalsem. Namun, ilmu modern masih kesulitan untuk memecahkan rahasia
ilmiahnya.
Ringkasan Kisah Musa
Nabi Musa dan Nabi Harun
diutus Allah untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Beliau
merupakan anak Imran dan Yukabad binti Qahat, dan bersaudara dengan Nabi
Harun, dilahirkan di Mesir pada pemerintahan Ramses Akbar sang Firaun.
Pada
masa kelahiran Musa, Firaun membuat peraturan untuk membunuh setiap
bayi laki-laki yang lahir. Tindakan itu diambil karena dia sudah
terpengaruh oleh paranormal kerajaan yang menafsirkan mimpinya. Firaun
bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya mati, kecuali kaum Israel,
sedangkan paranormalnya mengatakan kekuasaan Fir'aun akan jatuh ke
tangan seorang laki-laki dari bangsa Israel. Karena cemas, dia
memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika menemukan bayi laki-laki,
maka bayi itu harus dibunuh.
Yukabad
melahirkan seorang bayi laki-laki (Musa), dan kelahiran itu
dirahasiakan. Karena risau dengan keselamatan Musa, akhirnya Musa
dihanyutkan ke Sungai Nil ketika berusia 3 bulan. Kemudian Musa
ditemukan oleh Asiyah istri Firaun, yang sedang mandi dan kemudian
membawanya ke istana. Melihat istrinya membawa seorang bayi laki-laki,
Firaun ingin membunuh Musa. Istrinyapun berkata: "Jangan membunuh anak
ini karena aku menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya seperti anak
kita sendiri karena aku tidak mempunyai anak." Dengan kata-kata dari
istrinya tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk membunuh Musa.
Kemudian
istri Firaun mencari pengasuh, tetapi tidak seorang pun yang dapat
menyusui Musa dengan baik, dia menangis dan tidak mau disusui. Selepas
itu, ibunya sendiri mengajukan diri untuk mengasuh dan membesarkannya di
istana Firaun. Diceritakan dalam Al-Quran: "Maka Kami kembalikan Musa
kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya
dia mengetahui janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahuinya."
Pada
suatu hari, Firaun memangku Musa yang masih kanak-kanak, tetapi
tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga dia kesakitan, lalu berkata:
"Wahai istriku, mungkin anak inilah yang akan menjatuhkan kekuasaanku."
Istrinya berkata: "Sabarlah, dia masih anak-anak, belum berakal dan
belum mengetahui apa pun." Sejak berusia tiga bulan hingga dewasa Musa
tinggal di istana itu sehingga orang memanggilnya Musa bin Firaun. Nama
Musa sendiri diberi keluarga Firaun. "Mu" berarti air dan "sa" adalah
tempat penemuannya di tepi sungai Nil.
Musa
mendapat julukan Kalimullah yang artinya orang yang diajak bicara oleh
Allah. Bahkan tidak jarang dia berdialog dengan Allah, dialog antara
seorang hamba yang sangat dekat dengan Sang Kekasih Yang Maha Pengasih.
Namun, melihat julukan yang diberikan oleh Allah pada diri Musa,
tampaknya Musa memang satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan
itu.
Pada
satu peristiwa Musa meninjau sekitar kota dan kemudian beliau melihat
dua laki-laki sedang berkelahi, yang seorang dari kalangan Bani Israel
bernama Samiri dan seorang lagi bangsa Mesir, bernama Fatun. Melihat
perkelahian itu, Musa mau melerai mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa
sengaja Musa lalu mengayunkan satu batu ke atas Fatun, dan Fatun
tersungkur kemudian meninggal dunia.
Ketika
laki-laki itu meninggal dunia karena tindakannya, Musa memohon ampun
kepada Allah seperti dinyatakan dalam al-Quran: "Musa berdoa: Wahai
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiayai diriku sendiri karena itu
ampunilah aku. Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Tetapi,
tidak lama kemudian orang banyak mengetahui kematian Fatun disebabkan
Musa dan berita itu disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun. Akhirnya
mereka akan menangkap Musa. Karena terdesak, Musa mengambil keputusan
keluar dari Mesir. Beliau berjalan tanpa arah dan tujuan, akhirnya,
beliau sampai di kota Madyan, yaitu kota Nabi Syu'aib di timur
Semenanjung Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Musa
tinggal di rumah Nabi Syu’aib beberapa lama, kemudian menikah dengan
anak gadisnya bernama Shafura. Selepas menjalani kehidupan suami istri
di Madyan, Musa meminta izin Syu’aib untuk pulang ke Mesir. Dalam
perjalanan itu, akhirnya Musa dan isterinya tiba di Bukit Sinai. Dari
jauh, beliau melihat api, lalu terpikir ingin mendapatkannya untuk
dijadikan obor penerang jalan. Musa meninggalkan istrinya sebentar untuk
mendapatkan api itu. Sampai di tempat api menyala itu, beliau menemukan
api menyala pada sebatang pohon, tetapi tidak membakar pohon tersebut.
Ini membingungkannya dan ketika itu beliau mendengar suara wahyu
daripada Tuhan: "....Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan
semesta alam."
Kemudian
Allah berfirman lagi: "Dan lemparkan tongkatmu, kemudian tongkat itu
menjadi ular, Musa mundur tanpa menoleh. Wahai Musa datanglah kepada-Ku,
janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang yang aman." Tongkat
menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang
dikurniakan Allah kepada Musa.
Firaun
cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa ajaran lain,
sehingga Firaun memanggil semua ahli sihir untuk mengalahkan dua
mukjizat Musa. Ahli sihir Firaun masing-masing mengeluarkan keajaiban,
ada antara mereka melempar tali lalu menjadi ular. Namun, semua ular
yang dibawa ahli sihir itu ditelan ular besar yang berasal dari tongkat
Musa.
Firman
Allah: "Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan
menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu
hanya tipu daya tukang sihir dan tidak akan menang tukang sihir itu dari
mana saja ia datang."
Semua
keajaiban ahli sihir itu dihancurkan Musa menggunakan dua mukjizat
tersebut. Hal ini menyebabkan sebagian pengikut Firaun, termasuk
istrinya mengikuti ajaran yang dibawa Musa. Hal ini membuat Firaun
marah, sehingga menghukum mereka semua.
Nabi
Musa bersama orang beriman terpaksa melarikan diri sehingga mereka
sampai di Laut Merah. Namun, Firaun dan tentaranya yang sudah marah,
mengejar mereka dari belakang, akhirnya Firaun dan pengukitnya
(tentaranya) mati tenggelam di dasar Laut Merah.
Al-Quran
menceritakan: "Dan ingatlah ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami
selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu
sendiri menyaksikan."
Selepas
keluar dari Mesir, Nabi Musa bersama sebagian pengikutnya dari kalangan
Bani Israel menuju ke Bukit Sina untuk mendapatkan kitab Allah. Namun,
sebelum itu Musa disyaratkan berpuasa. Sewaktu bermunajat, Musa berkata:
"Ya Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku supaya aku dapat melihatMu."
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat
bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala,
maka niscaya engkau dapat melihatku." Musa terus memandang ke arah bukit
yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur. Musa
terperanjat dan gementar seluruh tubuhnya lalu pingsan.
Ketika
sadar, Musa terus bertasbih dan memuji Allah, sambil berkata: "Maha
besarlah Engkau ya Tuhan, ampuni aku dan terimalah taubatku dan aku akan
menjadi orang pertama beriman kepadaMu." Sewaktu bermunajat, Allah
menurunkan kepadanya kitab Taurat. Menurut ahli tafsir, kitab itu
berbentuk kepingan batu atau kayu, namun padanya terperinci segala
panduan ke jalan yang diredhai Allah.
Sebelum
Musa pergi ke bukit itu, beliau berjanji kepada kaumnya tidak akan
meninggalkan mereka lebih dari 30 hari. Tetapi Nabi Musa tertunda 10
hari, karena terpaksa mencukupkan 40 hari puasa. Bani Israel kecewa
karena Musa tidak segera kembali kepada mereka. Ketiadaan Musa membuat
mereka seolah-olah dalam kegelapan dan ada antara mereka berpikir
keterlaluan dengan menyangka beliau tidak akan kembali lagi. Dalam
keadaan tidak menentu itu, seorang ahli sihir dari kalangan mereka
bernama Samiri mengambil kesempatan menyebarkan perbuatan syirik. Dia
juga mengatakan Musa tersesat dalam mencari tuhan dan tidak akan
kembali. Ketika itu juga, Samiri membuat sapi betina dari emas. Dia
memasukkan segumpal tanah, dan patung itu dijadikan Samiri bersuara.
Kemudian Samiri berseru: "Wahai kawan-kawanku, rupanya Musa sudah tidak
ada lagi dan tidak ada gunanya kita menyembah Tuhan Musa itu. Sekarang,
mari kita sembah anak sapi yang terbuat dari emas ini. Ia dapat bersuara
dan inilah tuhan kita yang patut disembah."
Selepas
itu, Musa kembali dan melihat kaumnya menyembah patung anak sapi.
Beliau marah dengan tindakan Samiri. Firman Allah: "Kemudian Musa
kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa:
wahai kaumku, bukankah Tuhanmu menjanjikan kepada kamu suatu janji yang
baik. Apakah sudah lama masa berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki
supaya kemurkaan Tuhanmu menimpamu, karena itu kamu melanggar
perjanjianmu dengan aku."
Musa
bertanya kepada Samiri, seperti diceritakan dalam al-Quran: "Berkata
Musa; apakah yang mendorongmu berbuat demikian Samiri, Samiri menjawab:
Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil
segenggam tanah (bekas tapak Jibril) lalu aku masukkan dalam patung anak
sapi itu. Demikianlah aku menuruti dorongan nafsuku."
Kemudian
Musa berkata: "Pergilah kamu dan pengikutmu dariku, patung anak sapi
itu akan aku bakar dan lemparkannya ke laut, sesungguhnya engkau akan
mendapat siksa."
Bertemu dengan Khidir
Ditengah-tengah
kutbah Musa dihadapan Bani Israil, ada salah seorang yang bertanya
kepada Musa, dengan pertanyaannya, apakah ada manusia yang paling pandai
saat ini. Musa hanya menjawab dialah orang yang pandai dimuka bumi ini.
Dengan pernyataan Musa inilah Allah Maha Mendengar siapa yang berkata
baik dengan diucapkan maupun tidak. Allah langsung menegur Musa dengan
firmanNya," Wahai Musa, Aku mempunyai hamba yang lebih pandai dari kamu"
Setelah Musa mendapat teguran Allah, dia sangat terkejut dan dengan
tunduk berkata," Dimanakah kami dapat bertemu hambaMu yang lebih pandai
dari aku". Kemudian Allah menjawab," Hamba-Ku bisa ditemui disuatu
tempat yang disebut Majma Al Bahrain". Dari sinilah awal pencarian Musa
untuk bertemu hamba Allah yang lebih pandai darinya yang kita kenal
dengan Nabi Khidir.
Kisah Musa dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Musa as, disebutkan sebanyak 136 kali, antara lain seperti berikut ini.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 9-12, Firman Allah SWT :
Apakah
telah sampai kepadamu kisah Musa? Ketika ia melihat api, lalu
berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu (di sini),
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu".
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa.
Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu;
sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 17-24, Firman Allah SWT :
Apakah
itu yang di tangan kananmu, hai Musa? Berkata Musa: "Ini adalah
tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) denganya untuk
kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya". Allah
berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" Lalu dilemparkannyalah tongkat
itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan
mengembalikannya kepada keadaannya semula, dan kepitkanlah tanganmu ke
ketiakmu, niscaya ia ke luar menjadi putih cemerlang tanpa cacad,
sebagai mukjizat yang lain (pula), untuk Kami perlihatkan kepadamu
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar, Pergilah
kepada Firaun; sesungguhnya ia telah melampaui batas".
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 25-36, Firman Allah SWT :
Berkata
Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,
(yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan
jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih
kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah
Maha Melihat (keadaan) kami". Allah berfirman: "Sesungguhnya telah
diperkenankan permintaanmu, hai Musa."
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 37-41, Firman Allah SWT :
Dan
sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain,
yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan,
Yaitu: "Letakkanlah ia (Musa) didalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke
sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil
oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu
kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah
pengawasan-Ku, (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia
berkata kepada (keluarga Firaun): "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu
orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu,
agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh
seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah
mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun
diantara penduduk Mad-yan, kemudian kamu datang menurut waktu yang
ditetapkan hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 42-50, Firman Allah SWT :
Pergilah
kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu
berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Firaun,
sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat
atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui
batas". Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya
Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu
berdua kepadanya (Firaun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua
adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan
janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu
dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan
itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya
telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas
orang-orang yang mendustakan dan berpaling. Berkata Firaun: "Maka
siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa ? Musa berkata: "Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 59-73, Firman Allah SWT :
Berkata
Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya
dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan
naik". Maka Firaun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu
dayanya, kemudian dia datang. Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah
kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia
membinasakan kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi orang
yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang
urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan
(mereka). Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar
ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya
dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. Maka himpunkanlah
segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris.
dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini. (Setelah
mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"
Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba
tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan
ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam
hatinya. Kami berkata: "janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang
paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu,
niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak
akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". Lalu
tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata:
"Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa". Berkata Firaun:
"Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin
kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan
sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan
kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan
sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma
dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih
pedih dan lebih kekal siksanya". Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak
akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang
telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan
kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu
hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.
Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami
melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(azab-Nya)".
Pada Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 19-25, Firman Allah SWT :
Maka
tatkala Musa hendak memegang dengan keras orang yang menjadi musuh
keduanya, musuhnya berkata: "Hai Musa, apakah kamu bermaksud hendak
membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia?
Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat
sewenang-wenang di negeri (ini), dan tiadalah kamu hendak menjadi salah
seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian". Dan datanglah
seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai
Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk
membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu". Maka keluarlah Musa
dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia
berdoa: "Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu".
Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi):
"Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar". Dan tatkala ia
sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpa di sana sekumpulan orang
yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpa di belakang orang
banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa
berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?" Kedua wanita itu
menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum
pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami
adalah orang tua yang telah lanjut umurnya". Maka Musa memberi minum
ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat
yang teduh lalu berdoa: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan
sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". Kemudian datanglah
kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan,
ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan
balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami". Maka tatkala
Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan kepadanya cerita
(mengenai dirinya), Syuaib berkata: "Janganlah kamu takut. Kamu telah
selamat dari orang-orang yang zalim itu".
Pada Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 26-32, Firman Allah SWT :
Salah
seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya". Berkatalah dia (Syuaib): "Sesungguhnya aku
bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,
atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu
cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka
aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang baik". Dia (Musa) berkata: "Itulah
(perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang
ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas
diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan". Maka
tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat
dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata
kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api,
mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api
itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan".
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah)
pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari
sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah,
Tuhan semesta alam. dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat
itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia
seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh.
(Kemudian Musa diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu
takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. Masukkanlah
tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan
karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila
ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang
akan kamu hadapkan kepada Firaun dan pembesar-pembesarnya).
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik".
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 49-53, Firman Allah SWT :
Dan
(ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan
pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang
seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan
membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu
terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), ketika
Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan
(Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan. Dan
(ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat,
sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan)
sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian sesudah
itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur. Dan (ingatlah),
ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang
membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat
petunjuk.
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 54-57, Firman Allah SWT :
Dan
(ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah
menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang
menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu
pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu.
Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." Dan
(ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang, karena itu kamu
disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya". Setelah itu Kami
bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur. Dan Kami
naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa".
Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu;
dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang
menganiaya diri mereka sendiri.
Pada Surat Al-Baqarah [2] : ayat 58-61, Firman Allah SWT :
Dan
(ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul
Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak dimana
yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan
katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa", niscaya Kami ampuni
kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami)
kepada orang-orang yang berbuat baik". Lalu orang-orang yang zalim
mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada
mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari
langit, karena mereka berbuat fasik. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon
air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan
tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh
tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan
dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu
berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. Dan (ingatlah),
ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan
satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada
Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi,
yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan
bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah
sebagai pengganti yang lebih baik ? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti
kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka
nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu
(terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh
para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena
mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
Wallahu a'lam bisshawab.
See also : Riwayat Ringkas 25 Nabi dan Rasul
Item | Nabi Musa as |
Rating | 5 / 5 |
Reviewer | A.P.I AL FADHLU |
Date | 10/05/2012 |
Description | A.P.I AL FADHLU BLOG:Prof. Afifuddin Thabbarah menyebutkan bahwa Mineptah bin Ramses II menggantikan kepemimpinan ayahnya. Dialah Fir'aun yang kepadanya Musa diutus Allah untuk mengeluarkan bani Israil dari Mesir. Dia pula yang mengejar Musa ke laut hingga dia tenggelam bersama pasukannya. Jasadnya masih utuh hingga saat ini. Allah berfirman, "Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu," (QS. Yunus [10]: 92).KISAH PARANABI |
Summary | Pendahuluan Nama Musa bin Imran Garis Keturunan Adam as ➪ Syits ➪ Anusy ➪ Qainan ➪ Mahlail ➪ Yarid ➪ Idris as ➪ Mutawasylah ➪ Lama... |
Pada
10/05/2012
10/05/2012
Tentang Kami
A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .
Langganan Artikel Lewat Email
Silahkan isi formulir di bawah ini
Langganan artikel terbaru dari kami langsung dikirim ke em@il anda gratis.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
: 0 Tidak ada komentar ...
Posting Komentar ANDA
Komentar Anda adalah bagian dari Shilaturrahim ... :-)