Nabi Nuh as
A.P.I AL FADHLU / 10/05/2012 / Kisah 25 Nabi
Pendahuluan
Nama | Nuh bin Lamak |
Garis Keturunan | Adam as ➪ Syits ➪ Anusy ➪ Qainan ➪ Mahlail ➪ Yarid ➪ Idris as ➪ Mutawasylah ➪ Lamak ➪ Nuh as |
Usia | 950 tahun |
Periode sejarah | 3993 - 3043 SM |
Tempat diutus (lokasi) | Selatan Irak |
Jumlah keturunannya (anak) | 4 putra |
Tempat wafat | Mekah al-Mukarramah |
Sebutan kaumnya | Kaum Nuh |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 43 kali |
Dakwah Nabi Nuh
Allah berfirman, "Manusia
itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk)
menyampaikan kabar gembira dan peringatan, Dan dia turunkan bersama
mereka kitab yang mengandung kebenaran untuk memberi keputusan diantara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan, (QS. Al-Baqarah [2]: 213).
Ibnu Abbas meriwayatkan tentang penafsiran ayat ini. Dia berkata, "Jarak
waktu antara Nabi Nuh dan Nabi Adam adalah sepuluh abad. Mereka semua
membawa syariat dari Allah lalu berpecah belah. Allah lantas mengutus
para nabi sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,"
Namun, setelah setan menggoda kaum Nuh untuk menyembah selain Allah,
maka meluaslah perilaku syirik dan penyembahan berhala di kalangan anak
manusia. Allah berfirman, "Mereka
berkata, "Jangan sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan )
tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan
(penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa, Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr,'"(QS. Nuh [71]:23).
Nabi
Nuh dibesarkan di daerah Irak, di kalangan masyarakat yang kufur dan
sesat. Allah kemudian mengutus Nuh dengan risalahnya guna mengeluarkan
mereka dari lumpur kesesatan dan kegelapan pemikiran menuju jalan
petunjuk dan cahaya yang terang. Beliau adalah rasul pertama yang diutus
di bumi seperti yang disebutkan di dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih
Muslim tentang hadits syafaat dari Nabi Muhammad.
Kesesatan
kaum Nabi Nuh merupakan kesesatan Akidah pertama yang terjadi di muka
bumi. Penyebabnya adalah seperti yang telah disebutkan Ibnu ath-Thabari,
"Pada mulanya kaum yang berada antara Nabi Adam dan Nabi Nuh adalah
orang yang saleh. Mereka juga memiliki pengikut patuh. Namun, ketika
para nabi dan orang-orang saleh meninggal, para pengikut tersebut
berkata, 'Jika kita membuat gambar mereka, tentunya kita akan lebih
gemar beribadah karena mengingat mereka.' Akhirnya, mereka membuat
gambar para nabi dan orang-orang saleh tersebut".
Setelah
pembuat gambar itu mati, datanglah kelompok lain yang telah dirasuki
iblis seraya berkata, 'Mereka menyembah orang-orang saleh tersebut dan
minta diturunkan hujan.'Lantas, setiap orang menyembah masing-masing
berhala dan menjadikannya sembahan khusus. Setelah beberapa kurun, untuk
lebih meyakinkan lagi, mereka pun menjadikan gambar-gambar tersebut
sebagai patung-patung berjasad untuk disembah.
Kemudian
mereka menyembahnya dengan beragam cara penyembahan. Hal seperti inilah
yang kemudian tersebar pada banyak zaman ketika sejumlah pengikut
seorang alim menggambar mereka. Mereka hanya akan merasa khusyu' jika
menggambar sang guru dan meletakkan di hadapannya. Bahkan, mungkin saja
setelah sang guru meninggal, mereka membuat patungnya dan meletakkan di
hadapan mereka. Inilah awal dari bentuk penyembahan berhala dan patung.
Nabi Nuh telah menyeru umatnya ke jalan Allah selama 950 tahun. Allah berfirman, "Sesungguh,
Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka
selama seribu tahun kurang lima puluh tahun," (QS. Al-'ankabut[29]:14 ).
Beliau
telah berdakwah siang dan malam secara sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan; berdakwah tanpa merasa bosan dan penat, menghadapi
tulinya telinga dan kerasnya hati mereka. Hanya sedikit sekali yang
beriman, sebagian besar lainnya tetap ingkar. Allah lalu mewahyukan
kepada beliau, "Diwahyukan
kepada Nuh, 'Ketahuilah, tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali
orang yang benar-benar beriman (saja), karena itu janganlah engkau
bersedih hati tentang apa yang mereka perbuat," (QS. Hud [11]: 36).
Pada saat itulah, Nabi Nuh kemudian berdoa kepada Allah sabagaimana terekan dalam firman-Nya, "Nuh berkata, 'Ya Rabb, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi," (QS. Nuh [71]: 26).
Allah lantas memerintahkan Nuh untuk membuat kapal guna menyelamatkan diri dan kaumnya yang beriman dari banjir dahsyat, "Mulailah
dia (Nuh) membuat kapal. Setiap kali pemimpin kaumnya berjalan
melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nuh) berkata, 'Jika kalian
mengejek kami, maka kami (pun) akan mengejek kalian sebagaimana kalian
mengejek (kami). Maka kelak kalian akan mengetahui siapa yang akan
ditimpa adzhab yang menghinakan dan (siapa) yang akan ditimpa adzhab
yang kekal. 'Hingga apabila perintah Kami datang dan tanur (dapur) telah
memancarkan air, Kami berfirman, 'Muatkanlah ke dalamnya (kapal itu)
dari masing-masing (hewan) sepasang (jantan dan betina), dan (juga)
keluargamu, kecuali orang yang telah terkena ketetapan terdahulu dan
(muatkan pula) orang yang beriman. 'Ternyata orang-orang beriman yang
bersama Nuh hanya sedikit. Dan dia berkata, 'Naiklah kalian semua ke
dalamnya (kapal) dengan (menyebut) nama Allah pada waktu berlayar dan
berlabuhnya. Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun, Maha Penyayang. Dan
kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana
gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada
di tempat yang jauh terpencil, 'Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama
kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir. 'Dia (anaknya)
menjawab, 'Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
menghindarkan aku dari air bah! '(Nuh) berkata, 'Tidak ada yang
melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha
Penyayang.' Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia
(anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan. Dan difirmankan, 'Wahai
bumi, telanlah airmu dan wahai langit (hujan) berhentilah,' Dan air pun
disurutkan, dan perintah pun diselesaikan, dan kapal itu pun berlabuh di atas gunung Judi, dan dikatakan, 'Binasalah orang-orang zhalim," (QS. Hud [11]: 38-44).
Demikianlah,
badai topan menimpa kaum Nuh yang ingkar, sombong, dan berbuat
kerusakan di muka bumi. Allah menyelamatkan Nabi Nuh dan pengikutnya
yang beriman saat kapal
mereka berlabuh di atas Bukit Judi, di sebuah tempat yang dikenal
dengan nama JaziraI Ibnu Umar. Saat ini, tempat tersebut merupakan
bagian timur Turki (Gunung Arafat).
Penumpang
kapal pun keluar dan menetap di sana untuk pertama kalinya setelah
perpindahan baru ini, Prof. Mahmud Syakir mengungkapkan, "demikianlah
terjadinya perpindahan tempat tinggal penduduk bumi untuk kedua kalinya
dari selatan ar-Rafidin (Mesopotamia) ke berbagai daerah pegunungan di
utara. Pertambahan penduduk pun terjadi untuk kedua kalinya di berbagai
tempat". Dengan begitu, keturunan nabi Nuh dari anak-anaknya yang telah ikut serta dalam kapal semakin bertambah.
Sam
dan keturunannya berangkat menuju barat daya ke arah jazirah Arab dan
berpencar di sana. Ham dan keturunannya berangkat menuju selatan dan
menetap di bagian selatan Irak setelah bumi kering dan mulai tampak
subur kembali. Sebagian yang lain mengikuti langkah tersebut dan ada
pula yang berpencar menuju tenggara ke arah India.
Sementara
itu, yang lainnya menuju barat daya melewati Selat Bal el-Mandeb ke
arah Afrika. Dari sana mereka menuju utara dan berbagai tempat lainnya.
Yafits, anak Nabi Nuh yang ketiga berangkat bersama keturunannya ke arah
timur dan ada juga yang menuju ke arah barat.
Kisah Banjir Dahsyat dalam Literatur Klasik dan Modern
Banjir
dahsyat yang menimpa kaum Nabi Nuh merupakan hasil dari kekufuran
mereka kepada Allah. Peristiwa ini merupakan peristiwa terdahsyat yang
terjadi sepanjang sejarah dan peristiwa paling membekas dalam jiwa
manusia. Allah berfirman, "(Telah
kami binasakan) kaum Nuh ketika mereka mendustakan para rasul. Kami
tenggelamkan mereka dan Kami jadikan (cerita) mereka pelajaran bagi
manusia. Dan kami telah sediakan bagi orang-orang zhalim adzhab yang
sedih," (QS. Al-Furqan [25]: 37).
Dari
sini, kita mengetahui bahwa peristiwa banjir dahsyat itu disebut dalam
wahyu Allah secara rinci yang sudah pasti kebenarannya. Kejadian
tersebut bahkan terus dikisahkan melalui khazanah peradaban mereka dari
tahun ke tahun. Bangsa Sumeria merupakan pemilik tongkat estafet pertama
dalam mencatat peristiwa tersebut. Kemudian salinannya dilanjutkan oleh
bangsa-bangsa Akadia, Babylonia, dan Assyria.
Naskah
asli peristiwa ini berbahasa Sumeria. Dr. Ahmad Sausah, dalam bukunya,
Tarikh wa Hadharah Wadi ar-Rafidin menukis kembali ringkasan naskah
tersebut sebagai berikut.
"Para
Dewalah yang telah menjadikan banjir ini. Semua ini akibat dosa,
kesalahan, dan rusaknya perbuatan manusia. Para dewa pun segera
menghapus keberadaan manusia dari muka bumi ini dengan mengirimkan
banjir yang amat dahsyat."
Disebutkan pula bahwa peristiwa tersebut terjadi di Irak Selatan pada ahir milenium ke 3 SM.
Penelitian
terhadap bahtera Nabi Nuh telah disebutkan di dalam majalah an-Nur al
Islamiyyah seperti yang diungkapkan Mahmud Mushtafa. Setelah 6 tahun
meneliti, para ahli baru berhasil menemukan bahtera Nabi Nuh yang
disebutkan dalam al-Qur'an, tepatnya di daerah perbatasan Turki dan
Iran. Hal ini sesuai dengan pernyataan ketua tim penelitian tersebut.
Pemerintah Turki-pun merasa puas dengan hasil penelitian itu setelah
bertahun-tahun para peneliti mengalami penolakan yang keras. Pemerintah
lantas menjadikan tempat tersebut sebagai situs sejarah dalam bidang
kepurbakalaan dan menyetujui diadakan proses penggalian di sana pada
tahun 1414 H.
Belum
lama ini, di satu lokasi yang dieksplorasi ditemukan kandungan material
yang menyerupai perahu tertimbun. Ukuran perahu tersebut lebih luas
daripada perahu Queen Mary. Panjangnya mencapai setengah perahu Queen
Mary. Benda material ini ditemukan di atas ketinggian 7000 kaki atau
setara dengan 2.134 m. Hal itu merupakan fenomena yang aneh bagi jenis
kapal apapun. Panjang perahu mencapai 515 kaki dan lebal 139 kaki.
Ukuran ini serupa dengan ukuran yang disebutkan dalam Pasal Keenam dari
Kitab Kejadian bahwa itulah ukuran yang diperintahkan Allah kepada Nabi
Nuh. Nabi Nuh diperintahkan untuk membuat perahu dengan panjang 300
hasta dan lebar 50 hasta, sedangkan satu hasta setara dengan 45,7 cm.
Di
sekitar lokasi ditemukannya perahu tersebut, para ahli dari Amerika dan
Timur Tengah menemukan batu besar yang pada satu sisi masing-masing
telah dilubangi. Diyakini bahwa itu merupakan batu jangkar pada masa
lampau untuk menjaga keseimbangan kapal. Selain itu, tempat tersebut
juga dilacak dengan menggunakan radar. Hasilnya, didapati senyawa kimia
yang tidak lazim ditemukan, yaitu oksida besi.
Kepala
Departemen Ilmuwan Arkeologi di Universitas Attaturk Turki menyatakan
bahwa perahu tersebut telah berusia labih dari 100.000 tahun dan dibuat
oleh manusia. Tidak diragukan lagi bahwa itulah perahu Nabi Nuh.
Keturunan Nabi Nuh
Nabi
Nuh memiliki empat putra yaitu Yafit, Sam, Ham, dan Kan'an. Kan'anlah
yang pergi ke puncak gunung untuk berlindung dari banjir dan akhirnya
tenggelam. Mengenai ketiga putranya yang lain, Ibnu Katsir telah
menyebutkan bahwa seluruh bani Adam di bumi ini berasal dari ketiga anak
Nabi Nuh yang tersisa yaitu Sam, Ham, dan Yafits.
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Sam adalah bapak orang Arab, Ham adalah bapak orang Habsyi, dan Yafits adalah bapak orang Romawi." Imran bin Hushain meriwayatkan dari Nabi sebuah hadits serupa dan di dalamnya terdapat redaksi berikut "Yang
dimaksud dengan Romawi di sini adalah Romawi pertama yaitu bangsa
Yunani yang dinasabkan kepada Rumi bin Labthi bin Yunan bin Yafits bin
Nuh, "(Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah).
Di
dalam kitab Nihayah al-Arab fi Ma'rifah Ansab al-'Arab, al-Qalqasyandi
menyebutkan bahwa para ahli nasab (genealogis) dan para sejarawan telah
sepakat, seluruh ras manusia setelah Nabi Nuh, bukan berasal dari umat
yang bersamanya di dalam perahu. Hal ini sesuai dengan firman Allah, "(wahai) keturunan orang yang kami bawa Nuh," (QS. Al-Isra' [17]: 3).
Sebab,
mereka semua telah binasa dan tidak tersisa lagi. Para ahli sepakat
bahwa seluruh keturunan manusia berasal dari ketiga anak Nabi Nuh,
sesuai firman Allah, "Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melanjutkan keturunan," (QS. Ash-Shaffat [37]: 77).
Yafits
adalah anak tertua, Sam anak kedua, dan Ham anak Nabi Nuh yang paling
muda. Seluruh umat di dunia ini kembali kepada salah satu dari mereka
bertiga, dengan berbagai perbedaan pendapat dalam permasalahan ini.
- Turki berasal dari keturunan Turk bin Kumar bin Yafits. Termasuk ke dalam ras mereka adalah bangsa Qibjad, Tatar, dan Khazlakhiyah, bangsa al-Ghazz di negara as-Shafad, al-Ghaur, al-'Alan, asy-Syarkas, al-Azkasy, dan Rusia; semuanya berasal dari bangsa Turki.
- Al-Jaramiqah berasal dari keturunan Basil bin Asyur bin Sam bin Nuh. Mereka adalah penduduk Mosul.
- Al-Jail berasal dari keturunan Basil bin Asyur. Negeri mereka adalah Kailan di daerah timur.
- Ad-Dailam berasal berasal dari keturunan Madzai bin Yafits.
- Bangsa Suryani berasal dari keturunan Suryan bin Nabith bin Masy bin Adam bin Sam.
- Bangsa Sind berasal dari keturunan Kusy bin Ham.
- Bangsa az-Zanj/Negro berasal dari keturunan Zanj dan tidak diketahui lagi selanjutnya dan kemungkinan sampai ke Ham.
- Bangsa ash-Shaqalibah berasal dari keturunan asykanar bin Thugarma bin Yafits.
- Bangsa Cina berasal dari keturunan Shini bin Maghugh bin Yafits.
- Bangsa Ibrani berasal dari anak Amir bin Syalikh bin Arfakhsyadz bin Sam.
- Bangsa Persi berasal dari Anak Faris bin Lawud bin Sam.
- Bangsa Francs berasal dari anak Thubal bin Yafits.
- Bangsa Qibthi berasal dari keturunan Qibthim bin Mashr bin Baishar bin Ham.
- Bangsa Quth (Qoth) berasal dari anak Quth bin Ham.
- Bangsa Kurdi berasal darim keturunan Iran bin Asyur bin Sam.
- Bangsa Kan'an berasal dari anak Kan'an bin Ham.
- Bangsa Lamman berasal dari anak Thubal bin Yafits. Tempat tinggal mereka mulai dari wilayah barat hingga utara bagian utara laut Romawi .
- Bangsa Nabth (Anbath) berasal dari penduduk Babylon pada zaman kuno, keturunan Lanbith bin Asyur bin Sam.
- Bangsa India berasal dari keturunan Kusy bin Ham.
- Bangsa Armenia berasal dari anak Qahwil (Tamwil) bin Nakhur, keturunan Nabi Ibrahim.
- Bangsa Atsban berasal dari anak Masyah bin Yafits.
- Bangsa Yunani berasal dari anak Yunan bin Yafits. Mereka terdiri dari tiga golongan; bangsa Lithan berasal dari keturunan Lathin bin Yunan, Bangsa Ighriq keturunan Ighriqis bin Yunan; bangsa Kaitami berasal dari keturunan Katim bin Yunan, dan kepada kelompok Katim inilah bangsa Romawi dinasabkan.
- Bangsa Zuwailah, penduduk Birqah pada zaman kuno dikatakan berasal dari keturunan Huwailah bin Kusy bin Ham.
- Bangsa Ya'juj dan Ma'juj berasal dari anak Manghugh bin Yafits.
- Bangsa Arab berasal dari anak Sam. Hal ini telah disepakati oleh para ahli nasab (geneologis).
- Bangsa Barbar, terdapat perbedaan pendapat tentang asal mereka apakah mereka berasal dari Arab atau dari yang lainnya.
Perbedaan Bahasa
Abu
Hanifah ad-Dainuri menyebutkan bahwa pada masa Raja Jamm pernah terjadi
kerancuan bahasa di Babylon. Sebab, keturunan Nabi Nuh banyak yang
tinggal disana danmemenuhi daerah tersebut. Awalnya, mereka semua
berbahasa Suryani atau bahasa Nabi Nuh. Namun, suatu hari lidah mereka
kacau, dialek mereka berubah, dan sebagian bercampur dengan bahasa yang
lain. Akhirnya, setiap kelompok berbicara dengan bahasa yang diikuti
keturunan mereka hingga saat ini.
Mereka
kemudian meninggalkan Babylon dan menyebar ke berbagai arah. Kelompok
pertama yang meninggalkan daerah Babylon adalah anak-anak Yafits bin
Nuh. Mereka tujuh bersaudara diantaranya at-Turk, Al-Khazr, Shaqlab,
Taris, Minsak, Kamari, dan Shin. Mereka lalu mengambil arah timur dan
utara. Setelah itu anak-anak Ham bin Nuh berangkat menyusul. Mereka juga
tujuh bersaudara diantaranya Sind, Hind, Zanj, Qibthi, Habsy, Nubah,
dan Kan'an. Mereka menuju arah antara selatan dan barat. Sementara itu
anak Sam bin Nuh tetap tinggal bersama sepupu mereka, Jamm-Raja Babylon,
dengan segala perubahan dan perbedaan bahasa mereka.
Perahu Nabi Nuh (Bahtera Nuh)
Dalam
agama Islam, Nuh merupakan salah satu dari lima nabi penting (Ulul
Azmi). Ia diperintah untuk mengingatkan kaumnya agar menyembah Allah
yang saat itu menganut paganisme dengan menyembah berhala-berhala Suwa',
Yaghuts, Ya'uq, dan Nashr. Dalam Al-Qur'an, Nuh diperintah selama 950
tahun. Rujukan-rujukannya tentang Nuh dalam al-Qur'an bertebaran di
seluruh kitab. Surah dalam al-Qur'an yang cukup lengkap menceritakan
kisah Nuh adalah surah Hud dari ayat 27 hingga 51.
Berbeda
dengan kisah-kisah Yahudi, yang menggunakan istilah "kotak" atau "peti"
untuk menggambarkan Bahtera Nuh, surah Al-'Ankabut ayat 15 dalam
al-Qur'an menyebutnya as-Safinati, sebuah kapal biasa atau bahtera, dan
dijelaskan lagi dalam surah Al-Qamar ayat 13 sebagai "bahtera dari papan
dan paku." Surah Hud ayat 44 mengatakan bahwa kapal itu mendarat di
Gunung Judi, yang dalam tradisi merupakan sebuah bukit dekat kota
Jazirah bin Umar di tepi timur Sungai Tigris di provinsi Mosul, Irak.
Abdul Hasan Ali bin al-Husayn Masudi (meninggal 956) mengatakan bahwa
tempat pendaratan bahtera itu dapat dilihat pada masanya. Masudi juga
mengatakan bahwa Bahtera itu memulai perjalanannya di Kuffah di Irak
tengah dan berlayar ke Mekkah, dan di sana kapal itu mengitari Ka'bah,
sebelum akhirnya mendarat di Judi. Surah Hud ayat 41 mengatakan, "Dan
Nuh berkata, 'Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama
Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya.'" Tulisan Abdullah bin 'Umar
al-Baidawi abad ke-13 menyatakan bahwa Nuh mengatakan, "Dengan Nama
Allah!" ketika ia ingin bahtera itu bergerak, dan kata yang sama ketika
ia menginginkan bahtera itu berhenti.
Banjir
itu dikirim oleh Allah sebagai jawaban atas doa Nuh bahwa generasinya
yang jahat harus dihancurkan, namun karena Nuh adalah yang benar, maka
ia terus menyebarkan peringatan itu, dan 70 orang penyembah berhala
bertobat, dan masuk ke dalam Bahtera bersamanya, sehingga keseluruhan
manusia yang ada di dalamnya adalah 78 orang (yaitu ke-70 orang ini
ditambah 8 orang anggota keluarga Nuh sendiri). Ke-70 orang ini tidak
mempunyai keturunan, dan seluruh umat manusia setelah air bah adalah
keturunan dari ketiga anak lelaki Nuh. Anak lelaki (atau cucu lelaki,
menurut beberapa sumber) yang keempat yang bernama Kana'an termasuk para
penyembah berhala, dan karenanya ikut tenggelam.
Baidawi
memberikan ukuran Bahtera itu yaitu panjang 300 hasta dan lebar 50
hasta, dan menjelaskan bahwa pada mulanya di tingkat pertama dari tiga
tingkat ini diletakkan binatang-binatang liar dan yang sudah dijinakkan,
pada tingkat kedua ditempatkan manusia, dan yang ketiga burung-burung.
Pada setiap lembar papan terdapat nama seorang nabi. Tiga lembar papan
yang hilang, yang melambangkan tiga nabi, dibawa dari Mesir oleh Og,
putera Anak, satu-satunya raksasa yang diizinkan selamat dari banjir.
Tubuh Adam dibawa ke tengah untuk memisahkan laki-laki dari perempuan.
Nuh
berada di Bahtera selama lima atau enam bulan, dan pada akhirnya ia
mengeluarkan seekor burung gagak. Namun gagak itu berhenti untuk
berpesta memakan daging-daging bangkai, dan karena itu Nuh mengutuknya
dan mengeluarkan burung merpati, yang sejak dahulu kala telah dikenal
sebagai sahabat manusia. Masudi menulis bahwa Allah memerintahkan bumi
untuk menyerap airnya, dan bagian-bagian tertentu yang lambat menaati
perintah ini memperoleh air laut sebagai hukumannya dan karena itu
menjadi kering dan tidak ada kehidupan. Air yang tidak diserap bumi
membentuk laut, sehingga air dari banjir itu masih ada.
Nuh
meninggalkan Bahtera pada tanggal 10 Muharram, dan ia bersama
keluarganya dan teman-temannya membangun sebuah kota di kaki Gunung Judi
yang dinamai Thamanin ("delapan puluh"), dari jumlah mereka.
Tinjauan sejarah terhadap zaman Nabi Nuh
Dari catatan sejarah disebutkan perjalanan sejarah kuno negeri Rafidin telah melintas dengan tiga zaman :
- Zaman batu kuno. Seorang arkeolog yang bernama Svelli telah menemukan peninggalan-peninggalan zaman ini pada tahun 1954 M.
- Zaman batu modern (peradaban Jarmo). Bret Watt, seorang arkeolog pada tahun 1948 M telah menemukan salah satu pusat terpenting dari zaman ini di desa Jarmo, yang terletak di sebelah barat kota Sulaimaniyah. Para sejarawan telah mengetahui sejarah pusat zaman ini sekitar tahun 6500 SM, yaitu masa-masa setelah munculnya masyarakat-masyarakat perkampungan.
- Pada zaman batu modern telah muncul peradaban zaman Tel Hassunah, yang terletak di sebelah selatan Mosul. Masa zaman ini sekitar tahun 5750 SM. Seorang arkeolog, Mallowan pada tahun 1931 M telah menemukan beberapa sampel yang menggambarkan peradaban Tel Hassunah di Niwana, dekat Mosul. Dan ditemukan pula beberapa sampel lain dari peradaban ini di beberapa tempat di sebelah utara Irak.
- Dan di Tel Halaf, dekat daerah Ra'sul Ain Syria, dimana sungai al-Khabur bersumber, seorang arkeolog Jerman, Paron (Pone Ophneim) telah menemukan beberapa sampel yang mencerminkan peradaban zaman batu modern ini.
- Zaman tembaga batu di lembah ar-Rafidin. Peradaban zaman ini tercermin di tiga tempat penting, yang berurutan seperti berikut ini.
- Tel Abied, dekat kota Ur kuno, sebelah selatan negeri ar-Rafidin, yang ditemukan oleh ekspedisi musium Inggris, yang dipimpin Dr. Houl dan di bawah pengawasan Leonard Wooly (seorang sejarawan). Di Ur ditemukan patung yang terbuat dari tanah yang memiliki nilai-nilai keagamaan.
- Peradaban zaman Uruk (al-Wuraka'), yang ditemukan oleh ekspedisi Jerman.
- Peradaban zaman Jamdah Nashar. Beberapa peninggalan zaman ini telah ditemukan oleh ilmuwan Linkdone pada tahun 1920 M di Tel Shaghir, yang terletak di dekat kota Keisy kuno yang disebut "Jumdah Nashar".
- Di akhir zaman ini, seperti telah disampaikan dalam buku-buku sejarah, telah terjadi topan besar yang disertai banjir menerpa negeri Maa Bainan Nahrain (negeri yang terletak di anatara dua sungai). Berbagai penggalian yang dilakukan di Ur, Uruk, Keisy, dan Syurubak, menetapkan adanya kejadian banjir bandang antara zaman Abied dan zaman Sulalat pertama. Banjir besar terjadi di akhir zaman Jumdah Nashar. Seorang arkeolog, Wooly telah menemukan lapisan lumpur yang cukup tebal di kota Ur dengan kedalaman dua setengah meter. Wooly juga menemukan beberapa peninggalan tempat tinggal manusia di atas lapisan-lapisan lumpur ini dan juga dibawahnya. Dari temuan itu dia menyimpulkan bahwa lumpur ini dibawa oleh air sungai Tigris dan Efrat.
Kisah angin topan yang disebutkan dalam kitab suci beberapa zaman lebih dulu daripada topan ini. Dengan menukil dari ilmuwan De Morghan, arkeolog Countonoe menyimpulkan peristiwa itu pada zaman muthir yaitu "zaman poliustussin yang diikuti oleh zaman jalid di akhir putaran ke empat, dimana banyak orang binasa. Lembar catatan yang ditemukan di perpustakaan Asyur Baniba'al telah mengabadikan topan ini.
Nabi Nuh di dalam Al-Quran
Di dalam Al-Quran, nama Nuh as, disebutkan di 43 ayat dalam 28 surat.
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 25-48, Firman Allah SWT :
Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata):
"Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar
kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan". Maka berkatalah
pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "Kami tidak melihat kamu,
melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak
melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang
hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat
kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin
bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". Berkata Nuh: "Hai kaumku,
bagaimana pikiranmu, jika aku ada mempunyai bukti yang nyata dari
Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu
disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal
kamu tiada menyukainya?" Dan (dia berkata): "Hai kaumku, aku tiada
meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku
hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang
yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya,
akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui". Dan (dia
berkata): "Hai kaumku, siapakah yang akan menolongku dari (azab) Allah
jika aku mengusir mereka. Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran?
(QS. Huud [11]:25-30)
Dan
aku tidak mengatakan kepada kamu (bahwa): "Aku mempunyai gudang-gudang
rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib",
dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah
malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang
dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan
mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang
ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, kalau begitu benar-benar
termasuk orang-orang yang zalim. Mereka berkata "Hai Nuh, sesungguhnya
kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang
bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu
ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar". Nuh
menjawab: "Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika
Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan
tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat
kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah
Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan". Malahan kaum Nuh itu
berkata: "Dia cuma membuat-buat nasihatnya saja". Katakanlah: "Jika aku
membuat-buat nasihat itu, maka hanya akulah yang memikul dosaku, dan aku
berlepas diri dari dosa yang kamu perbuat". (QS. Huud [11]:31-35)
Dan
diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak akan beriman di
antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena itu
janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan.
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan
janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu;
sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah Nuh membuat
bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka
mengejeknya. Berkatalah Nuh: "Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya
kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak
kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang
menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang kekal." Hingga apabila
perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman:
"Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang
(jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu
ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman." Dan
tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit.
(QS. Huud [11]:36-40)
Dan
Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama
Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahtera itu berlayar
membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil
anaknya - sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai
anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada
bersama orang-orang yang kafir." Anaknya menjawab: "Aku akan mencari
perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh
berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain
Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang
antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang
ditenggelamkan. Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan hai
langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun
diselesaikan dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ."
(QS. Huud [11]:41-44)
Dan
Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya
anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang
benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman:
"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan
akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak
baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak
mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu
supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." Nuh
berkata: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari
memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya.
Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh
belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang
merugi." Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan
penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari
orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri
kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan
ditimpa azab yang pedih dari Kami.". (QS. Huud [11]:45-48)
Pada Surat al-Qamar [54] : ayat 9-16, Firman Allah SWT :
Sebelum
mereka, telah mendustakan (pula) kamu Nuh, maka mereka mendustakan
hamba Kami (Nuh) dan mengatakan: "Dia seorang gila dan dia sudah pernah
diberi ancaman). Maka dia mengadu kepada Tuhannya: "bahwasanya aku ini
adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)." Maka
Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah.
Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah
air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami
angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang
berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai belasan bagi orang-orang yang
diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami jadikan kapal itu sebagai
pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Maka alangkah
dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku..
(QS. al-Qamar [54]:9-16)
Pada Surat Nuh [71] : ayat 1-28, Firman Allah SWT :
Sesungguhnya
Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): "Berilah
kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih", Nuh
berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang
menjelaskan kepada kamu, (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah
kepada-Nya dan taatlah kepadaku, niscaya Allah akan mengampuni sebagian
dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai kepada waktu yang ditentukan.
Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat
ditangguhkan, kalau kamu mengetahui". Nuh berkata: "Ya Tuhanku
sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu
hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). (QS. Nuh [71]:1-6)
Dan
sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau
mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam
telinganya dan menutupkan bajunya (kemukanya) dan mereka tetap
(mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian
sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara
terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi)
dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada
mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun
dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh
[71]:7-12)
Mengapa
kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah
menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit
bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya
dan menjadikan matahari sebagai pelita? Dan Allah menumbuhkan kamu dari
tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam
tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan
sebenar-benarnya. Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan,
supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu". (QS. Nuh
[71]:13-20)
Nuh
berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku dan telah
mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah
kepadanya melainkan kerugian belaka, dan melakukan tipu-daya yang amat
besar". Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu
meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq
dan nasr". Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia); dan
janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain
kesesatan. Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan
lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong
bagi mereka selain dari Allah. Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah
Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di
atas bumi. Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya
mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan
selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir. Ya Tuhanku!
Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman
dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah
Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan"..(QS. Nuh [71]:21-28)
Ringkasan Kisah Nabi Nuh
Nuh
adalah nabi ketiga sesudah Adam dan Idris. Beliau merupakan keturunan
kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamak bin Mutawasylah bin
Idris. Nabi Nuh menerima wahyu kenabian dari Allah dalam masa "fatrah"
masa kekosongan di antara dua nabi di mana biasanya manusia secara
berangsur-angsur melupakan ajaran agama yang dibawa oleh nabi yang
meninggalkan mereka dan kembali syirik serta meninggalkan amal
kebajikan, melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.
Kaum
Nabi Nuh tidak luput dari proses tersebut, sehingga ketika Nabi Nuh
datang di tengah-tengah mereka, mereka sedang menyembah berhala. Yaitu
patung-patung yang dibuat oleh tangan-tangan mereka sendiri disembahnya
sebagai Tuhan yang dapat membawa kebaikan dan manfaat serta menolak
segala kesengsaraan dan kemalangan. Berhala-berhala yang dipertuhankan,
menurut kepercayaan mereka, mempunyai kekuatan ghaib. Berhala-berhala
tersebut diberinya nama-nama yang silih berganti menurut kehendak dan
selera kebodohan mereka. Nabi Nuh berdakwah kepada kaumnya yang sudah
jauh tersesat oleh iblis itu, mengajak mereka meninggalkan syirik
(meninggalkan penyembahan berhala) dan kembali kepada tauhid menyembah
Allah, Tuhan sekalian alam.
Akan
tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya berdakwah
kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran
dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik-bisik
atau secara terang-terangan dan terbuka, ternyata hanya sedikit sekali
dari kaumnya yang dapat menerima dakwahnya dan mengikuti ajakannya.
Nabi
Nuh memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan
yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syariat dan agama
yang diwahyukan oleh Allah kepadanya. Akan tetapi dalam waktu yang cukup
lama (ratusan tahun), Nabi Nuh tidak berhasil menyadarkan dan menarik
kaumnya untuk mengikuti dan menerima dakwahnya, bertauhid dan beribadat
kepada Allah, kecuali sekelompok kecil kaumnya.
Harapan
Nabi Nuh akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurang.
Pada saat itu Allah menyuruh Nabi Nuh untuk tidak perlu lagi
menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima
hukuman Allah dengan mati tenggelam. Dan Allah memerintahkan nabi Nuh
untuk membuat perahu yang besar.
Setelah
menerima perintah Allah untuk membuat sebuah perahu/kapal besar,
segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka
mengumpulkan bahan yang diperlukan untuk maksud tersebut. Mereka dengan
rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembuatan kapal
yang diperintahkan itu. Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan
masyarakatnya, agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi
menyelesaikan pembuatan kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan
cemoohan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat pembuatan
kapal itu.
Setelah
selesai pekerjaan pembuatan kapal, Nabi Nuh menerima wahyu dari Allah,
"Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat
tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu
dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada
di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku."
Kemudian
tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi, air yang deras dan
dahsyat. Dan dalam waktu yang cepat telah menjadi banjir besar melanda
seluruh kota dan desa, menggenangi daratan yang rendah maupun yang
tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat
berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang
telah terisi penuh dengan para orang mukmin dan pasangan makhluk yang
diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah. Dengan iringan
"Bismillahi majraha wa mursaha", belayarlah kapal Nabi Nuh dengan
lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah
lembut dan kadang kala ganas dan ribut.
Tatkala
Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan
melihat-lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di
atas permukaan air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putra sulungnya
yang bernama Kan'aan. Pada saat itu, tanpa disadari, timbullah rasa
cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putra kandungnya yang
berada dalam keadaan cemas menghadapi maut ditelan gelombang. Nabi Nuh
secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan
sekuat suaranya memanggil puteranya. Kan'aan, yang sudah tersesat dan
telah terkena racun rayuan setan dan hasutan kaumnya yang sombong dan
keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya.
Akhirnya Kan'aan disambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari
pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut
kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi
Nuh bersedih hati dan berdukacita atas kematian puteranya dalam keadaan
tidak beriman kepada Allah. Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada
Allah. Kepadanya Allah berfirman, "Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu
itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari
ajaranmu, melanggar perintahmu menolak dakwahmu dan mengikuti jejak
orang-orang yang kafir daripada kaummu. Coretlah namanya dari daftar
keluargamu. Hanya mereka yang telah menerima dakwahmu mengikuti jalan mu
dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam
barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin
keselamatan jiwanya. Adapun orang-orang yang mengingkari risalah mu,
mendustakan dakwahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan
Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku
tentukan walau mereka berada dipuncak gunung. Maka janganlah engkau
sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui. Aku
ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang
yang bodoh."
Nabi
Nuh segera sadar setelah menerima teguran dari Allah, Ia sangat
menyesali kelalaian dan kealpaannya itu dan menghadap kepada Allah
memohon ampun dan maghfirahnya.
Setelah
air bah itu mencapai puncak keganasannya, habis binasalah kaum Nuh yang
kafir dan zalim. Sesuai dengan kehendak dan hukum Allah, surutlah
lautan air diserap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit
"Judie".
Kaum Nuh tinggal di sebelah selatan Irak, yang sekarang terletak di kota Kufah.
Judi
adalah bukit yang berhadapan dengan semenanjung Ibnu Umar, yang
sekarang menjadi perbatasan Suria (Syria) - Turki, di tepian sebelah
timur sungai Tigris. Bukit Judi ini terlihat jelas dari daerah Ainu
Diwar, Syria.
Wallahu a’lam bisshawab.
See also : Riwayat Ringkas 25 Nabi dan Rasul
Item | Nabi Nuh as |
Rating | 5 / 5 |
Reviewer | A.P.I AL FADHLU |
Date | 10/05/2012 |
Description | A.P.I AL FADHLU BLOG:Nabi Nuh dibesarkan di daerah Irak, di kalangan masyarakat yang kufur dan sesat. Allah kemudian mengutus Nuh dengan risalahnya guna mengeluarkan mereka dari lumpur kesesatan dan kegelapan pemikiran menuju jalan petunjuk dan cahaya yang terang. Beliau adalah rasul pertama yang diutus di bumi seperti yang disebutkan di dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim tentang hadits syafaat dari Nabi Muhammad.KISAH PARANABI |
Summary | Pendahuluan Nama Nuh bin Lamak Garis Keturunan Adam as ➪ Syits ➪ Anusy ➪ Qainan ➪ Mahlail ➪ Yarid ➪ Idris as ➪ Mutawasylah ➪ Lamak... |
Pada
10/05/2012
10/05/2012
Tentang Kami
A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .
Langganan Artikel Lewat Email
Silahkan isi formulir di bawah ini
Langganan artikel terbaru dari kami langsung dikirim ke em@il anda gratis.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
: 0 Tidak ada komentar ...
Posting Komentar ANDA
Komentar Anda adalah bagian dari Shilaturrahim ... :-)