Nabi Ya'qub as
A.P.I AL FADHLU / 10/05/2012 / Kisah 25 Nabi
Pendahuluan
Nama | Syu'aib (Syuaib) bin Mikail |
Garis Keturunan | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Madyan ⇒ Yasyjur ⇒ Mikail ⇒ Syu'aib as |
Usia | 110 tahun |
Periode sejarah | 1600 - 1490 SM |
Tempat diutus (lokasi) | Madyan (di pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai) |
Jumlah keturunannya (anak) | 2 anak perempuan |
Tempat wafat | Yordania |
Sebutan kaumnya | Madyan dan Ashhabul Aikah |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 11 kali |
Dakwah Nabi Syu'aib
Syu'aib (Shuayb, Shuaib, Shuaib, Syuaib) artinya "Yang Menunjukkan Jalan Kebenaran"
Allah
mengutus Nabi Syu'aib kepada penduduk Madyan yang berada di bagian
barat laut Hijaz, tepatnya di daerah al-Bada'. Allah berfirman, "Dan
(Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syuaib.
Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, Tidak ada ilah (sembahan)
bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata
dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah
kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul
kamu orang-orang yang beriman"."Dan
janganlah kamu duduk di tiap-tiap jalan dengan menakuti-nakuti dan
menghalang-halangi orang yang beriman dari jalan Allah, dan menginginkan
agar jalan Allah itu menjadi bengkok. Dan ingatlah di waktu dahulunya
kamu berjumlah sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-A'raf [7]: 85-86).
Penduduk
Madyan adalah orang-orang pandai berdagang dan bertani. Hanya saja
mereka sering menipu dan licik dalam berinteraksi terhadap sesama. Jika
membeli barang milik orang lain, mereka minta agat takaran atau
timbangannya dilebihkan dari ukuran hak mereka. Sebaliknya, jika
menjual, mereka akan berlaku curang dan mengurangi timbangan atau
takaran yang menjadi hak orang lain.
Nabi
Syu'aib melarang mereka melakukan perbuatan tersebut dan mengingatkan
akibat dari perbuatan tercela itu. Namun, mereka tidak mengindahkannya
sebagaimana disebutkan dalam al-Qur'an, "Wahai
nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara
yang kami kehendaki?. Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat
penyantun dan pandai." (QS. Hud [11]: 87).
Penduduk
Madyan telah menempuh jalan sesat, menyekutukan Allah, mengancam Nabi
Syu'aib dan orang-orang yang beriman dengan siksaan serta pengusiran.
Hal ini sebagaimana terekam dalam al-Qur'an, "Pemuka-pemuka
yang menyombongkan diri dari kaum Sy'uaib "Sesungguhnya kami akan
mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari
negeri kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami". Berkata Syuaib:
"Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak
menyukainya?" (QS. Al-A'raf [7]: 88).
Kemudian
berlakulah Sunatullah terhadap orang-orang yang zhalim setelah mereka
tetap dalam kebatilannya dan berada pada jalan yang sesat. Allah
berfirman, "Pemuka-pemuka
dari kaumnya (Syu'aib) yang kafir berkata (kepada sesamanya):
"Sesungguhnya jika kalian mengikuti Syu'aib, tentu kamu jika berbuat
demikian (menjadi) orang-orang yang merugi'.Kemudian mereka ditimpa
gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam
rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang mendustakan Syu'aib
seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu; orang-orang yang
mendustakan Syu'aib mereka itulah orang-orang yang merugi. Maka Syu'aib
meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku telah
menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku telah memberi
nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap
orang-orang yang kafir?" (QS. Al-A'raf [7]: 90-93).
Lalu Allah mengutus Nabi Syu'aib
kepada Ashabul Aikah (Penduduk Aikah) di daerah Tabuk. Demikianlah
menurut riwayat sejarawan yang paling kuat. Allah berfirman, "Penduduk
Aikah telah mendustakan rasul-rasul; ketika Syuaib berkata kepada
mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang
rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian. maka bertakwalah kepada
Allah dan taatlah kepadaku," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 176-179).
Kata
al-Aikah bermakna semak belukar yang melilit pepohonan. Bentuk jamaknya
adalah Aik. Mereka pun mulai menyembah Aikah tersebut dan tidak
menyembah Allah. Disamping itu, mereka juga selalu berbuat curang dalam
timbangan dan takaran. Nabi Syu'aib selalu mengingatkan mereka tentang
akibat dari perbuatan tersebut, tetapi mereka selalu menentangnya. Kisah
ini terekam dalam firman Allah, "Mereka
berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang
kena sihir, dan kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami,
dan sesungguhnya kami yakin bahwa kamu benar-benar termasuk orang-orang
yang berdusta. Maka jatuhkanlah atas kami gumpalan dari langit, jika
kamu termasuk orang-orang yang benar. Syu'aib berkata: "Tuhanku lebih
mengetahui apa yang kamu kerjakan".Kemudian mereka mendustakan Syu'aib,
lalu mereka ditimpa adzab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya
adzab itu adalah adzab hari yang besar. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan
mereka tidak beriman. Dan sungguh, Rabbmu Dialah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Penyayang ," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 185-191).
Ringkasan Kisah Syu'aib
Syu'aib
ditetapkan oleh Allah untuk menjadi seorang nabi yang tinggal di timur
Gunung Sinai kepada kaum Madyan dan Aikah. Yaitu kaum yang tinggal di
pesisir Laut Merah di tenggara Gunung Sinai. Masyarakat tersebut disebut
karena terkenal perbuatan buruknya yang tidak jujur dalam timbangan dan
ukuran. Mereka menyembah berhala bernama Aikah, yaitu sebidang tanah
gurun yang ditumbuhi pepohonan.
Syu'aib
memperingatkan perbuatan mereka yang jauh dari ajaran agama, namun
kaumnya menghiraukannya. Syu'aib menceritakan pada kaumnya kisah-kisah
utusan-utusan Allah terdahulu yaitu kaum Nuh, Hud, Shaleh,
dan Luth yang paling dekat dengan Madyan yang telah dibinasakan Allah
karena enggan mengikuti ajaran nabi. Namun, mereka tetap enggan.
Akhirnya, Allah menghancurkan kaum Madyan dengan bencana.
Ketika
berdakwah bagi kaum Madyan, Nabi Syu'aib menerima ejekan masyarakat
yang tidak mau menerima ajarannya karena mereka enggan meninggalkan
sesembahan yang diwariskan dari nenek moyang kepada mereka. Namun,
Syu'aib tetap sabar dan lapang dada menerima cobaan tersebut. Ia tidak
pernah membalas ejekan mereka dan tetap berdakwah. Bahkan, dakwahnya
semakin menggugah hati dan akal. Dalam berdakwah kadang ia
memberitahukan bahwa dia sebenarnya sedarah dengan mereka. Hal ini
memiliki tujuan agar kaumnya mau menuju jalan kebenaran. Karena itulah
ia diangkat menjadi rasul Allah yang diutus bagi kaumnya sendiri. Nabi
Syu'aib yang saat itu memiliki beberapa pengikut, mulai mendapat ejekan
kasar dari kaum lain. Bahkan ada yang menganggapnya sebagai penyihir dan
pesulap ulung.
Allah
menimpakan azab melalui beberapa tahap. Kaum Madyan pada awalnya diberi
siksa Allah melalui udara panas yang membakar kulit dan membuat dahaga.
Saat itu, pohon dan bangunan tidak cukup untuk tempat berteduh mereka.
Namun, Allah memberikan gumpalan awan gelap untuk kaum Madyan. Kaum
Madyan pun menghampiri awan itu untuk berteduh sehingga mereka
berdesak-desakan dibawah awan itu. Hingga semua penduduk terkumpul,
Allah menurunkan petir dengan suaranya yang keras di atas mereka. Saat
itu juga Allah menimpakan gempa bumi bagi mereka, menghancurkan kota dan
kaum Madyan.
Makam
Syu'aib terpelihara dengan baik di Yordania yang terletak 2 km barat
kota Mahis dalam area yang disebut Wadi Syu'aib. Situs lain yang dikenal
sebagai makam Syu'aib terletak di dekat Horns of Hattin di Lower
Galilee.
Kisah Syu'aib dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Syu'aib, disebutkan sebanyak 19 kali, yaitu :
Surat Al A’Raaf [7] : ayat 85, 88, 90, 92, dan 93.
Surat Huud (Hud) [11] : ayat 84, 85, 87, 88, 91, 92, dan 94
Surat Asy Syu'araa [26] : ayat 177, 188, dan 189
Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 25 dan 27
Surat Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 36 dan 37
Pada Surat Al A’Raaf [7] : ayat 85-88, Firman Allah SWT :
Dan
(Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syuaib.
Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata
dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah
kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul
kamu orang-orang yang beriman". Dan janganlah kamu duduk di tiap-tiap
jalan dengan menakuti-nakuti dan menghalang-halangi orang yang beriman
dari jalan Allah, dan menginginkan agar jalan Allah itu menjadi bengkok.
Dan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah
memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika ada segolongan daripada kamu
beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula)
segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan
hukumnya di antara kita; dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.
Pemuka-pemuka dan kaum Syuaib yang menyombongkan dan berkata:
"Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syuaib dan orang-orang yang
beriman bersamamu dari kota kami, atau kamu kembali kepada agama kami".
Berkata Syuaib: "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami
tidak menyukainya?"
Pada Surat Al A’Raaf [7] : ayat 89-93, Firman Allah SWT :
Sungguh
kami mengada-adakan kebohongan yang benar terhadap Allah, jika kami
kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan
tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami
menghendaki(nya). Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Kepada
Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara
kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan
yang sebaik-baiknya. Pemuka-pemuka kaum Syuaib yang kafir berkata
(kepada sesamanya): "Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syuaib, tentu kamu
jika berbuat demikian (menjadi) orang-orang yang merugi". Kemudian
mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang
bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka, (yaitu) orang-orang yang
mendustakan Syuaib seolah-olah mereka belum pernah berdiam di kota itu;
orang-orang yang mendustakan Syuaib mereka itulah orang-orang yang
merugi. Maka Syuaib meninggalkan mereka seraya berkata: "Hai kaumku,
sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan
aku telah memberi nasehat kepadamu. Maka bagaimana aku akan bersedih
hati terhadap orang-orang yang kafir?"
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 84-90, Firman Allah SWT :
Kepada
(penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan
janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan, sesungguhnya aku melihat
kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku khawatir
terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." Dan Syuaib
berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah
kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan. Sisa
(keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu orang-orang
yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" Mereka
berkata: "Hai Syuaib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami
meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami
memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu
adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal." Syuaib berkata: "Hai
kaumku, bagaimana pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari
Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari pada-Nya rezeki yang baik (patutkah
aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu
(dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada
taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah
aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. Hai kaumku,
janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan
kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum
Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh
(tempatnya) dari kamu. Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian
bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha
Pengasih.
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 91-94, Firman Allah SWT :
Mereka
berkata: "Hai Syuaib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu
katakan itu dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang
lemah di antara kami; kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami
telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di
sisi kami." Syuaib menjawab: "Hai kaumku, apakah keluargaku lebih
terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang Allah kamu jadikan
sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan) Tuhanku
meliputi apa yang kamu kerjakan." Dan (dia berkata): "Hai kaumku,
berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula).
Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang
menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan),
sesungguhnya aku pun menunggu bersama kamu." Dan tatkala datang azab
Kami, Kami selamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman bersama-sama
dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim
dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati
bergelimpangan di rumahnya.
Pada Surat Asy Syu'araa [26] : ayat 177, 188, dan 189, Firman Allah SWT :
[26:177]
ketika Syuaib berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?,
[26:188] Syuaib berkata: "Tuhanku lebih mengetahui apa yang kamu
kerjakan". [26:189] Kemudian mereka mendustakan Syuaib, lalu mereka
ditimpa 'azab pada hari mereka dinaungi awan. Sesungguhnya azab itu
adalah 'azab hari yang besar.
Pada Surat Al-Qashash (Al-Qasas) [28] : ayat 25 dan 27, Firman Allah SWT :
Kemudian
datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan
kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia
memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami".
Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syuaib) dan menceritakan
kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syuaib berkata: "Janganlah kamu
takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu". Salah
seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat
lagi dapat dipercaya". Berkatalah dia (Syuaib): "Sesungguhnya aku
bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,
atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu
cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka
aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang baik".
Pada Surat Al-'Ankabuut (Al-'Ankabut) [29] : ayat 36 dan 37, Firman Allah SWT :
Dan
(Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara mereka Syuaib,
maka ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah
(pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat
kerusakan". Maka mereka mendustakan Syuaib, lalu mereka ditimpa gempa
yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di
tempat-tempat tinggal mereka.
Wallahu a'lam bisshawab.
See also : Riwayat Ringkas 25 Nabi dan Rasul
Item | Nabi Ya'qub as |
Rating | 5 / 5 |
Reviewer | A.P.I AL FADHLU |
Date | 10/05/2012 |
Description | A.P.I AL FADHLU BLOG:Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ishaq mempunyai anak kembar, satu Ya'qub dan satu lagi bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya.KISAH PARANABI |
Summary | Pendahuluan Nama Syu'aib (Syuaib) bin Mikail Garis Keturunan Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mu... |
Pada
10/05/2012
10/05/2012
Tentang Kami
A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .
Langganan Artikel Lewat Email
Silahkan isi formulir di bawah ini
Langganan artikel terbaru dari kami langsung dikirim ke em@il anda gratis.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
: 0 Tidak ada komentar ...
Posting Komentar ANDA
Komentar Anda adalah bagian dari Shilaturrahim ... :-)