Nabi Harun as
A.P.I AL FADHLU / 10/05/2012 / Kisah 25 Nabi
Nama | Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha |
Garis Keturunan | Adam as ➪Syits ➪ Anusy ➪ Qainan ➪ Mahlail ➪Yarid ➪ Idris as ➪Mutawasylah ➪ Lamak ➪ Nuh as ➪ Sam ➪ Arfakhsyadz ➪Syalih ➪Abir Falij ➪ Ra'u ➪Saruj ➪Nahur ➪Azar ➪Ibrahim as ➪Ishaq as ➪Ya'qub as ➪Lawi Azar ➪ Qahats ➪ Imran ➪ Harun as |
Usia | 123 tahun |
Periode sejarah | 1531 - 1408 SM |
Tempat diutus (lokasi) | Sinai di Mesir |
Jumlah keturunannya (anak) | - |
Tempat wafat | Gunung Nebu (Bukit Nabu') di Jordania (sekarang) |
Sebutan kaumnya | Bani Israil dan Fir'aun (gelar raja Mesir) |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 20 kali |
Harun
bin Imran bin Qahats bin Azar bin Lawi bin Yaakub bin Ishak bin
Ibrahim. Beliau adalah kakak Nabi Musa, diutus untuk membantu Musa
memimpin Bani Israel ke jalan yang benar.
Firman Allah: "Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebahagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi."
Harun
dilahirkan empat tahun sebelum Musa. Beliau yang fasih berbicara dan
mempunyai pendirian tetap sering mengikuti Musa dalam menyampaikan
dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun. Nabi Musa sendiri mengakui
saudaranya fasih berbicara dan berdebat, seperti diceritakan al-Quran:
"Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah
dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku,
sesungguhnya aku kawatir mereka akan berdusta."
Nabi
Harun hidup selama 123 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian
Musa, yaitu sebelum Bani Israil memasuki Palestina. Mengenai Bani
Israel, mereka sukar dipimpin, namun dengan kesabaran Musa dan Harun,
mereka dapat dipimpin supaya mengikuti syariat Allah, seperti terkandung
dalam Taurat ketika itu.
Selepas
Harun dan Musa meninggal dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya' bin
Nun. Namun, selepas Yusya' mati, lama-kelamaan mereka meninggalkan
syariat yang terkandung dalam Taurat, sehingga menimbulkan perselisihan
dan perbedaan pendapat, akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israel.
Pengutusan Nabi Harun
Riwayat Nabi Harun tidak terpisahkan dengan Nabi Musa, dan dakwahnya dilakukan bersama dengan Musa, karena tugas Nabi Harun untuk membantu Nabi Musa dalam berdakwah.
Pada
masa Nabi Yusuf, sekelompok bani Israil telah menetap di daerah Mesir
setelah bermigrasi dari negeri Kan'an. Mereka adalah pemeluk agama
tauhid yang berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan para
fir'aun yang menyembah patung dan berhala. Seiring kemajuan zaman,
petumbuhan bani Israil pun berkembang pesat.
Para
fir'aun khawatir jika mereka mencampuri urusan politik dan agama
kehidupan masyarakat Mesir. Akhirnya, mereka menyiksa bani Israil dengan
siksaan yang pedih. Hal ini terekam dalam firman Allah, "(ingatlah)
ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya;
mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya. Mereka
menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu
yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang
besar dari Rabbmu," (QS. Al-Baqarah [2]: 49).
Ditengah
kesulitan yang dialami bani Israil, Allah berkehendak atas kelahiran
Musa. Sang ibu pun menyembunyikan kelahirannya, sebagaimana firman
Allah, "Dan
kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami
akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari
para rasul," (QS. Al-Qashash [28]: 7).
Janji
Allah untuk untuk menjaga bayi ini pun terbukti. Fir'aun memperbolehkan
istrinya mencari seorang ibu yang mau menyusui bayi tersebut. Dia pun
menemukan ibu Musa dan menyuruhnya agar menyusui sang bayi.
Musa
dibesarkan di lingkungan istana Fir'aun, di tangan para dukun dan
pemuka-pemuka agama mereka. Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan
hikmah. Pada suatu hari, ada orang Mesir yang mengejek dan memaksa
seseorang bani Israil melakukan suatu pekerjaan untuknya. Orang bani
Israil itu lantas meminta pertolongan Nabi Musa. Dia pun menolongnya dan
memukul orang Mesir itu, dan tanpa sengaja orang itu mati.
Pada
hari berikutnya, orang bani Israil kembali berkelahi dengan orang Mesir
yang lain. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan lagi kepada
Nabi Musa. Akan tetapi Nabi Musa malah membentak dan memarahi orang
Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk. Orang Israil itu mengira
Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya, "Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?"
Mendengar
cerita pembunuhan itu, orang Mesir tersebut segera menemui kaumnya dan
menceritakan apa yang terjadi. Fir'aun pun segera mengirim pasukan
mencari Musa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, salah
seorang yang menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah mendengar
sesuatu yang terjadi di istana Fir'aun. Dia menyuruh Musa pergi
meninggalkan bahaya ancaman Fir'aun. Musa pun pergi meninggalkan Mesir
menuju Madyan, daerah di bagian barat laut Jazirah Arab.
Di
Madyan, Musa tinggal di rumah orang tua yang beriman, yaitu Nabi
Syuaib. Setelah orang tua itu (Nabi Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan
tanggung jawab Musa yang sangat tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan
salah satu putri beliau. Musa kemudian ingin kembali ke mesir setelah
beberapa lama tinggal di Madyan.
Ketika
sampai di Bukit Tursina, Musa tersesat. Tibalah waktu malam saat Allah
hendak memberikan tugas kenabian dan wahyu kepadanya. Pada saat itu,
malam terasa dingin dan Musa melihat cahaya api dari kejauhan. Dia
lantas menyuruh keluarganya agar tidak meninggalkan tempat mereka karena
dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia
sampai ke tempat api tersebut, Allah berfirman kepadanya, "Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku," (QS. Thaha [20]: 14).
Hal
itu kemudian menjadi tanda awal kenabian Musa sebagai Kalimullah.
Permintaan Musa pun dikabulkan dan Allah mengutus pula saudaranya, Harun
sebagai pendampingnya.
Allah
memerintahkan mereka berdua (Musa dan Harun) agar bertutur lemah lembut
saat memperingatkan Fir'aun. Selain itu, mereka juga diperintahkan
untuk mengatakan kepada Fir'aun, "Kami
adalah utusan Rabb alam semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil dan
jangan siksa mereka. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti
petunjuk."
Pada saat itulah kesombongan menguasai Fir'aun hingga dia berkata kepada Musa, "Bukanlah kami yang mengasuhmu sewaktu kecil?1"
Dia pun menyebutkan berbagai kebaikannya terhadap Musa, bahkan mulai
mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi Harun melakukan sihir. Fir'aun
lalu memerintahkan tukang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli
sihir Fir'aun pun berdatangan dan melemparkan tali-tali mereka dan
menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas
melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan
ular-ular mereka atas pertolongan Allah.
Melihat
mukjizat itu, para ahli sihir Fir'aun pun mengimani Musa dan syariat
Allah yang dia bawa. Mereka juga tidak memedulikan berbagai ancaman
Fir'aun. Mereka semua berkata seperti yang diabadikan al-Qur'an, "Sesungguhnya
kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami
melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(adzab-Nya)," (QS. Thaha [20]: 73).
Fir'aun
lalu berencana membunuh Musa dan Harun serta semakin keras menyiksa
bani Israil. Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menguatkan jiwa dan
bersabar. Dia kemudian berdoa kepada Allah agar menurunkan adzab yang
pedih kepada Fir'aun dan kaumnya. Allah berfirman,"Maka Kami kirimkan
kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah (air minum berubah
menjadi darah) sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap
menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. )," (QS. Al-A'raf [7]: 133).
Ketika
Fir'aun dan kaumnya sudah tidak berdaya dengan adzab dengan adzab yang
menimpa mereka, dia pun meminta kepada Musa agar berdoa kepada Allah
untuk menghentikan siksaan itu. Fir'aun kemudian berjanji tidak akan
lagi menyiksa bani Israil. Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar
menghentikan siksaan itu dan Allah pun mengakhirinya. Namun, Fir'aun
ingkar janji, dan dia kembali menyiksa bani Israil untuk kedua kalinya.
Sementara
itu, bani Israil berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan Nabi Harun
agar dia membawa mereka keluar dari Mesir. Nabi Musa dan Nabi Harun pun
membawa kaumnya dan berangkat ke arah negeri Kan'an melewati Sinai.
Fir'aun beserta bala tentaranya mengejar mereka. Namun, Nabi Musa dan
Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan mukjizat yang
telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya juga ikut
menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir'aun
beserta seluruh tentaranya.
Nabi
Musa dan Nabi Harun serta bani Israil tiba di padang pasir negeri
Sinai. Setelah melihat banyak perbedaan antara daerah itu dan negeri
sungai Nil yang subur (Mesir), mereka mengajukan berbagai permintaan
kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah menerima Taurat. Di dalamnya terdapat
beragam syariat samawiyah. Kaumnya mulai menyeleweng, terlebih setelah
Nabi Musa pergi untuk menerima lembaran wahyu. As-Samiri telah
mempengaruhi bani Israil untuk menyembah anak sapi sehingga mereka
meminta kepada Musa agar dibuatkan patung untuk disembah.
Nabi
Musa lantas marah dan mengecam permintaan mereka. Dia ingin menjadikan
sebuah pusat pemerintahan untuk kaumnya. Dia kemudian pergi menuju kota
Ariha (Jericho), tetapi kaumnya tidak mau dan berkata seperti termaktub
dalam al-Qur'an, "Mereka
berkata, 'wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasuki, selagi
mereka ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan
berperanglah kalian berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,' " (QS. Al-Ma'idah [5]: 24).
Di
saat mereka menolak untuk masuk negeri yang disucikan itu, Allah
membalasnya dengan adzab. Mereka pun tersesat di lembah Tih selama 40
tahun. Beberapa tahun setelah itu, Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi
Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani Israil baru merasakan buruk dan
bodohnya perbuatan serta tingkah laku mereka kepada Nabi Musa. Karena
itu, mereka mengangkat Yusya' bin Nun sebagai Raja. Dialah yang kemudian
membawa mereka menyeberangi sungai Jordan (asy-Syari'ah) menuju kota
Ariha dan tinggal di sana.
Kisah Nabi Harun dalam Al-Qur'an
Di dalam Al-Quran, nama Harun as, disebutkan sebanyak 20 kali, antara lain seperti berikut ini.
Pada Surat Al-A'raaf (Al-A'raf) [7]: ayat 142, Firman Allah SWT :
Dan
telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu
waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan
sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan
Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu
Harun: "Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan
janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan".
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 25-36, Firman Allah SWT :
Berkata
Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti
perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku,
(yaitu) Harun, saudaraku, teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan
jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih
kepada Engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah
Maha Melihat (keadaan) kami". Allah berfirman: "Sesungguhnya telah
diperkenankan permintaanmu, hai Musa."
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 42-50, Firman Allah SWT :
Pergilah
kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu
berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Firaun,
sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua
kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat
atau takut". Berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui
batas". Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya
Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu
berdua kepadanya (Firaun) dan katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua
adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan
janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu
dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan
itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya
telah diwahyukan kepada kami bahwa siksa itu (ditimpakan) atas
orang-orang yang mendustakan dan berpaling. Berkata Firaun: "Maka
siapakah Tuhanmu berdua, hai Musa ? Musa berkata: "Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 59-73, Firman Allah SWT :
Berkata
Musa: "Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya
dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan
naik". Maka Firaun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu
dayanya, kemudian dia datang. Berkata Musa kepada mereka: "Celakalah
kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia
membinasakan kamu dengan siksa". Dan sesungguhnya telah merugi orang
yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang
urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan
(mereka). Mereka berkata: "Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar
ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya
dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama. Maka himpunkanlah
segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris.
dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini. (Setelah
mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang
melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?"
Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba
tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan
ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam
hatinya. Kami berkata: "janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang
paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu,
niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. "Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak
akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang". Lalu
tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata:
"Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa". Berkata Firaun:
"Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin
kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan
sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan
kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan
sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma
dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih
pedih dan lebih kekal siksanya". Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak
akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang
telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan
kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu
hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja.
Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni
kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami
melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal
(azab-Nya)".
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 85-89, Firman Allah SWT :
Allah
berfirman: "Maka sesungguhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu
tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. Kemudian Musa
kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa:
"Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji
yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau
kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu
melanggar perjanjianmu dengan aku?". Mereka berkata: "Kami sekali-kali
tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami
disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah
melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya", kemudian
Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang
bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan
Musa, tetapi Musa telah lupa". Maka apakah mereka tidak memperhatikan
bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka,
dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula)
kemanfaatan?
Pada Surat Thaahaa (Thaha) [20] : ayat 90-94, Firman Allah SWT :
Dan
sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku,
sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu. itu dan
sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku
dan taatilah perintahku". Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah
patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami". Berkata Musa:
"Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah
sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah
(sengaja) mendurhakai perintahku?" Harun menjawab' "Hai putera ibuku,
janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya
aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah
antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku".
Wallahu a'lam bisshawab.
See also : Riwayat Ringkas 25 Nabi dan Rasul
Item | Nabi Harun as |
Rating | 5 / 5 |
Reviewer | A.P.I AL FADHLU |
Date | 10/05/2012 |
Description | A.P.I AL FADHLU BLOG:Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir'aun dan pasukannya juga ikut menyeberang laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir'aun beserta seluruh tentaranya.KISAH PARA NABI |
Summary | Nama Harun bin Imran, istrinya bernama Ayariha Garis Keturunan Adam as ➪ Syits ➪ Anusy ➪ Qainan ➪ Mahlail ➪ Yarid ➪ Idris as ➪ M... |
Pada
10/05/2012
10/05/2012
Tentang Kami
A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .
Langganan Artikel Lewat Email
Silahkan isi formulir di bawah ini
Langganan artikel terbaru dari kami langsung dikirim ke em@il anda gratis.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
'Alaihimussholatu wassalam...
BalasHapus