Nabi Ibrahim as
A.P.I AL FADHLU / 10/05/2012 / Kisah 25 Nabi
Pendahuluan
Ketika Ibrahim beranjak dewasa, beliau mengingkari perlakuan kaumnya yang menyembah berhala-berhala itu. Hal ini terekam dalan firman Allah, "Sungguh, sebelum dia (Musa dan Harun) telah kami berikan kepada Ibrahim petunjuk, dan Kami telah mengetahui dia," (QS. Al-Anbiya' [21]: 51).
Berita tentang beliau lalu tersebar ke seluruh penduduk Babylon hingga Raja Namrud mengajaknya berdebat. Mereka berdua pun bertemu. Nabi Ibrahim melancarkan berbagai argumen dan dalil-dalil sehingga dapat mematahkan semangat lawannya. Ini tercatat dalam firman Allah, "Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim," (QS. Al-Baqarah [2]: 258).
Bangsa Kan'an memiliki kerajaan-kerajaan yang unggul dalam bidang pertanian dan perdagangan. Pada saat mereka yang berdomisili di wilayah Palestina ini mulai membangun peradaban sejarah mereka di sana, Nabi Ibrahim dan keponakannya, Nabi Luth berhijrah ke sana, seperti yang telah kami sebutkan tentang dakwah beliau pada bab sebelumnya. Hal ini juga sberdoa seperti yang tertuang dalam firman Allah, "Ya Rabb, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur," (QS. Ibrahim [14]: 37).
Abu Syuhbah berkata dalam bukunya, "Jibril turun menyerupai seekor burung. Dia lalu mengepakkan sayapnya ke bumi, ada juga yang berpendapat dengan tungkainya, maka keluarlah air Zamzam. Karena sangat senangnya, Hajar lalu mengumpulkan tanah untuk membendung aliran air itu seraya berseru, 'Zami zami ('Berkumpullah, berkumpullah').' Dia dan bayinya pun lantas minum hingga dahaga mereka hilang dan tidak merasakan haus lagi setelah itu. Pada saat demikian, Hajar mendengar suara yang berkata, 'Janganlah kamu takut terlantar. Sebab, di sini akan ada Baitullah yang hendak dibangun anak ini beserta ayahnya. Sungguh, Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya.'"
Kisah Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim mencari Tuhan yang sebenarnya
Melihat tanda Kekuasaan Allah
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Kisah Nabi Ibrahim di dalam Al-Quran
Nama | Ibrahim bin Azar |
Garis Keturunan | Adam as ➪Syits ➪Anusy➪ Qainan ➪Mahlail ➪ Yarid ➪ Idris as ➪Mutawasylah ➪Lamak ➪Nuh as ➪Sam ➪Arfakhsyadz ➪ Syalih ➪ Abir ➪ Falij ➪Ra'u ➪ Saruj ➪Nahur Azar ➪ Ibrahim as |
Usia | 175 tahun |
Periode sejarah | 1997 - 1822 SM |
Tempat diutus (lokasi) | Ur di daerah selatan Babylon (Irak) |
Jumlah keturunannya (anak) | 13 anak |
Tempat wafat | Al-Khalid (Hebron, Palestina/Israel) |
Sebutan kaumnya | Bangsa Kaldan |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 69 kali |
Pada
pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa Nabi Adam adalah orang
pertama yang membangun Baitul Atiq. Sementara itu, Nabi Ibrahim yang
membangun kembali Baitul Atiq dengan mengangkat fondasinya bersama
Ismail setelah peristiwa banjir besar.
Nabi
Ibrahim, istrinya Hajar, dan anak mereka yang masih menyusu, Ismail,
berjalan ke suatu tempat yang diperintahkan Allah. Ibrahim diperintahkan
untuk berhenti di sebuah lembah yang tandus. Hal itu dilakukan setelah
beliau menunaikan kewajiban dan mensyukuri semua nikmat Allah. Beliau
lalu kembali pulang ke kota al-Khalil (Hebron) di Palestina dengan
meninggalkan Hajar dan anaknya di lembah tersebut. Dengan bertawakal,
berharap Allah melindungi anak dan istrinya, Ibrahim Ibrahim (tahun 1997
SM s/d 1822 SM) merupakan nabi dalam agama Samawi, dan sering disebut
sebagai "bapak para nabi". Ia mendapat gelar Khalil Allah atau Sahabat
Allah. Selain itu beliau bersama anaknya, Nabi Ismail terkenal sebagai
pengasas Kaabah.
Ibrahim, Bapak Para Nabi
Nabi
Ibrahim al-Khalil dilahirkan di Ur, daerah bagian selatan Irak. Beliau
lahir di kalangan masyarakat penyembah berhala. Mereka membuat patung
pada zaman Raja Namrud bin Kan'an. Ayahnya, Azar adalah seorang yang
cukup pandai dalam membuat berhala yang menyesatkan ini. Dia lalu
memerintahkan Ibrahim untuk menjualnya ke pasar. Ibrahim pun membawanya
dan berteriak di pasar, "Siapa yang mau membeli benda berbahaya dan tidak bermanfaat ini?!"
Ketika Ibrahim beranjak dewasa, beliau mengingkari perlakuan kaumnya yang menyembah berhala-berhala itu. Hal ini terekam dalan firman Allah, "Sungguh, sebelum dia (Musa dan Harun) telah kami berikan kepada Ibrahim petunjuk, dan Kami telah mengetahui dia," (QS. Al-Anbiya' [21]: 51).
Dalam
benaknya, terlintas beragam pertanyaan dan penalaran tentang kaumnya.
Mereka hidup dalam kelalaian dan kesesatan karena keyakinan yang rusak
terhadap berhala, patung, dan bintang. Allah berfirman, "(Ingatlah)
ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya, Azar, 'Pantaskah engkau
menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihatmu
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata," (QS. Al-An'am [6]: 74).
Setelah
Ibrahim bersenjatakan kebenaran dan logika ketika Allah menjadikan
beberapa sebab itu untuknya, pertengkaran pun terjadi antara Ibrahim dan
orang-orang kafir serta orang-orang yang sesat.
Beliau
pun mengingatkan ayahnya dengan sangat bijaksana dan penuh nasihat.
Akan tetapi, sang ayah bersikeras berada dalam kesesatan dan
kebodohannya. Nabi Ibrahim tetap mengajal kaumnya untuk beribadah kepada
Allah semata dan menghancurkan berhala.
Berita tentang beliau lalu tersebar ke seluruh penduduk Babylon hingga Raja Namrud mengajaknya berdebat. Mereka berdua pun bertemu. Nabi Ibrahim melancarkan berbagai argumen dan dalil-dalil sehingga dapat mematahkan semangat lawannya. Ini tercatat dalam firman Allah, "Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim," (QS. Al-Baqarah [2]: 258).
Pada
suatu hari, Ibrahim menghancurkan berhala-berhala yang ada dan
meninggalkan salah satunya (yang paling besar) karena ada tujuan
tertentu. Ketika orang-orang berdatangan ke tempat tersebut, mereka
menemukan semuanya hancur berantakan, mereka pun marah, dendam, dan
berjanji akan memberikan hukuman yang sangat berat kepada orang yang
telah melakukannya. Setelah berusaha mencari pelakunya, mereka
mengetahui bahwa Ibrahim bin Azar yang melakukannya. Setelah itu, mereka
pun menyidangnya. Di dalam firman Allah disebutkan, "Mereka
bertanya, 'Apakah engkau yang melakukan (perbuatan) ini terhadap
tuhan-tuhan kami, wahai Ibrahim?' Dia (Ibrahim) menjawab, 'Sebenarnya
(patung) besar itu yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada mereka,
jika mereka dapat berbicara. 'Maka mereka kembali kepada kesadaran
mereka dan berkata, 'Sesungguhnya kalianlah yang menzalimi (diri
sendiri)," (QS. Al-Anbiya' [21]: 62-64).
Semuanya
terdiam setelah mendapat tamparan keras dari hujjah Nabi Ibrahim
tersebut. Bagi mereka, tidak ada cara lain kecuali membakarnya setelah
beliau membuat mereka berada dalam kebuntuan yang paling buruk.
"Mereka
berkata, 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian
benar-benar hendak berbuat. 'Kami (Allah) berfirman, 'Wahai api, jadilah
kami dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim. 'Dan mereka hendak berbuat
jahat terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang
paling rugi," (QS. Al-Anbiya' [21]: 68-70).
Disinilah,
Ibrahim dengan kecemerlangan pikirannya memandang perlu untuk berhijrah
membawa kemurnian agamanya. Beliaupun berhijrah bersama istrinya
(Sarah) dan keponakannya (Luth) ke tempat yang sangat diberkahi Allah
untuk seluruh alam. Allah berfirman, "Maka
Luth membenarkan (kenabian Ibrahim). Dan dia (Ibrahim) berkata,
'Sesungguhnya aku harus berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Rabbku.
Sungguh, Dialah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana," (QS. Al-Ankabut [29]:26).
Adzab yang menimpa Penduduk Babylon setelah Nabi Ibrahim berhijrah
Dr.
Jamal Abdul Hadi menyebutkan dalam kitabnya, Jazirah al-'Arab bahwa
naskah-naskah Sumeria kuno telah diungkap melalui gubahan seorang
penyair Sumeria. Naskah tersebut menceritakan tentang berakhirnya kota
Ur (Babylon) yang diperintah Raja Namrud pada pertengahan abad ke-20 SM,
yaitu saat kepergian Nabi Ibrahim beserta keponakannya Luth. Ur, kota
tempat kelahiran Nabi Ibrahim itu mengalami dua kekalahan telak dari
bangsa Ailam dan Amorite. Allah berfirman, "Demikianlah Kami menjadikan sebagian orang-orang zhalim berteman dengan sesamanya, sesuai dengan apa yang mereka kerjakan," (QS. Al-An'am [6]: 129).
Penyair itu mengungkapkan, "Kuda jantan terpisah dari habitatnya. Kawanannya pun tercerai berai bersama angin."
Dia juga menyebutkan sejumlah nama-nama kota besar Sumeria, lalu
mengisahkan akhir kematian kota tersebut. Kemudian, dia menjelaskan
ketetapan langit tentang kehancuran kota itu, pertumpahan darah
penduduknya, isak yang berkepanjangan, bangkai manusia yang berserakan
karena tertembus tombak atau hantaman peluru batu. Demikianlah yang
terjadi, hingga sengatan matahari melunturkan lemak-lemak mereka. Mereka
yang selamat menjadi hina dan kelaparan. Sang ibu kehilangan anaknya.
Sang ayah meninggalkan darah dagingnya. Para istri berpisah dari
suaminya. Mahabenar Allah yang berfirman, "Betapa
banyak (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Rabb mereka dan
rasul-rasul-Nya, maka Kami buat perhitungan terhadap penduduk negeri itu
dengan perhitungan yang ketat, dan Kami adzab mereka dengan adzab yang
mengerikan (di akhirat). Sehingga mereka merasakan akibat yang buruk
dari perbuatannya, dan akibat perbuatan mereka, itu adalah kerugian yang
besar. Allah menyediakan adzab yang keras bagi mereka, maka bertakwalah
kepada Allah, wahai orang-orang yang mempunyai akal! (Yaitu)
orang-orang yang beriman. Sungguh, Allah telah menurunkan peringatan
kepada kalian," (QS.Ath-Thalaq [65]: 8-10).
Pembangunan Ka'bah
Bangsa Kan'an memiliki kerajaan-kerajaan yang unggul dalam bidang pertanian dan perdagangan. Pada saat mereka yang berdomisili di wilayah Palestina ini mulai membangun peradaban sejarah mereka di sana, Nabi Ibrahim dan keponakannya, Nabi Luth berhijrah ke sana, seperti yang telah kami sebutkan tentang dakwah beliau pada bab sebelumnya. Hal ini juga sberdoa seperti yang tertuang dalam firman Allah, "Ya Rabb, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Rabb, (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur," (QS. Ibrahim [14]: 37).
Allah
mengeringkan air di tempat Hajar dan bayinya berada hingga mereka
sangat kehausan. Hajar segera mencari air dari sumber yang ada. Dia
bolak-balik antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali, tetapi tidak
mendapatkan apa-apa. Saat dia kembali menemui Ismail, dia melihat
percikan air dari bawah tungkai kaki anaknya. Air tersebut terpancar
melalui perantara Jibril.
Abu Syuhbah berkata dalam bukunya, "Jibril turun menyerupai seekor burung. Dia lalu mengepakkan sayapnya ke bumi, ada juga yang berpendapat dengan tungkainya, maka keluarlah air Zamzam. Karena sangat senangnya, Hajar lalu mengumpulkan tanah untuk membendung aliran air itu seraya berseru, 'Zami zami ('Berkumpullah, berkumpullah').' Dia dan bayinya pun lantas minum hingga dahaga mereka hilang dan tidak merasakan haus lagi setelah itu. Pada saat demikian, Hajar mendengar suara yang berkata, 'Janganlah kamu takut terlantar. Sebab, di sini akan ada Baitullah yang hendak dibangun anak ini beserta ayahnya. Sungguh, Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya.'"
Setelah
itu, datanglah sekelompok kabilah Jurhum yang merantau dari Yaman.
Mereka tinggal di dekat tempat yang kemudian menjadi kota Mekah dan
minta izin kepada Hajar agar diperbolehkan tinggal di sana. Hajar senang
dan tidak lagi merasa sepi di tempat yang gersang itu. Mereka bermukim
di sana dan membangun tempat tinggal. Ketika Ismail beranjak dewasa, dia
mampu berbahasa Arab sehingga menjadi leluhur orang-orang Arab
Musta'rabah (pendatang). Hal ini seperti yang disebutkan Ibnu Syuhbah di
dalam kitabnya.
Al-Azraqi berkata dalam Tarikh Makkah, "Setelah
peristiwa banjir besar, lokasi Ka'bah dulu telah hilang. Lokasi
tersebut berbentuk bukit kecil berwarna merah yang tidak terjangkau oleh
aliran air. Saat itu, manusia hanya tahu bahwa di sana ada tempat yang
amat bernilai, tanpa mengetahui pasti lokasinya. Dari seluruh penjuru
dunia, mereka yang dizhalimi, menderita, dan butuh perlindungan datang
ke tempat ini untuk berdoa, dan doa mereka pun dikabulkan. Manusia pun
selalu mengunjunginya hingga Allah memerintahkan Ibrahim untuk membangun
Ka'bah kembali. Sejak Nabi Adam diturunkan ke bumi, Baitullah selalu
menjadi tempat yang dimuliakan dan diperbaiki terus oleh setiap agama
dan umat dari satu generasi ke generasi lainnya. Tempat itu juga selalu
dikunjungi para malaikat sebelum Nabi Adam turun ke bumi."
Nabi
Ibrahim berulang kali mengunjungi keluarganya. Suatu hari, beliau
bermimpi menyembelih putranya, Ismail. Ismail pun memenuhi perintah itu,
Namun, Allah menggantikannya dengan seekor sembelihan yang besar
seperti tercantum dalam firman-Nya, "Tatkala
anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim)
berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu! ' Dia (Ismail)
menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah)
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.
'Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim)
membaringkan anaknya atas pelipisnya, (untuk melaksanakan perintah
Allah), lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim, sungguh, engkau
membenarkan mimpi itu. 'Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian
yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang
besar. Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang
yang datang kemudian, 'Selamat sejahtera bagi Ibrahim. 'Demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia
termasuk hamba-hamba Kami yang beriman," (QS. As-Shaffat [37]: 102-111).
Ketika
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim membangun Ka'bah, beliau bergegas ke
Mekah. Saat itu, Ibrahim melihat Ismail tengah meruncingkan anak panah
di dekat sumur Zamzam. Mereka pun saling bersalaman dan berpelukan. Nabi
Ibrahim berkata, "Allah memerintahlan aku agar membangun Baitullah untuk-Nya". Ismail berkata, "Laksanakanlah perintah Rabbmu, aku akan membantu ayah dalam urusan agung ini."
Nabi Ibrahim pun mulai membangun Ka'bah, sedangkan Ismail menyodorkan batu untuknya. Ibrahim berkata pada Ismail, "Bawakan batu yang paling bagus, aku akan meletakkannya di salah satu sudut ini agar menjadi tanda bagi manusia."Jibril
lalu memberi tahu Ismail tentang Hajar Aswad: Batu yang diturunkan
Allah dari surga. Ismail pun menyodorkannya dan Ibrahim meletakan pada
tempatnya. Selama membangun, mereka berdua senantias berdoa, "Ya Rabb kami, terimalah (amal) dari kami, sungguh Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui,"(QS. Al-Baqarah [2]: 127).
Ketika
bangunan Ka'bah semakin tinggi, Nabi Ibrahim tidak mampu lagi
mengangkat bebatuan. Dia lantas berdiri di atas sebuah batu, yang
kemudian disebut maqam Ibrahim, hingga sempurnanya pembangunan
Baitullah. Allah kemudian memerintahkan Ibrahim menyeru umat manusia
agar melaksanakan ibadah haji. Allah berfirman, "Serulah
manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu
dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang kurus, mereka
datang dari segenap penjuru yang jauh agar mereka menyaksikan berbagai
manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa
hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan-Nya kepada mereka
berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. Kemudian,
hendaklah mereka menghilangkan kotoran (yang ada di badan) mereka,
menyempurnakan nadzar-nadzar mereka, dan melakukan Thawaf di sekeliling
rumah tua (Baitullah)," (QS. Al-Hajj [22]: 27-29).
Pembangunan Masjidil Aqsha
Palestina
merupakan daerah Arab sejak lebih dari 5000 tahun lalu ketika
bangsa-bangsa Semit bermigrasi ke wilayah tersebut. Bangsa Kan'an
bermukim di sana dan kemudian menjadi dua kelompok besar. Kelompok
pertama mendiami daerah Syam selat (Palestina dan Yordania Timur) dan
mereka disebuty bangsa Kan'an). Sementara itu, kelompok kedua tinggal di
daerah pantai Syam di antara Gunung Amanos dan Gunung Karmel. Mereka
lalu disebut sebagai bangsa Kan'an Laut atau bangsa Fenisia.
sesuai dengan firman Allah, "Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Luth ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam," (QS. Al-Anbiya' [21]: 71).
Masjidil
Aqsha yang diklaim Zionis Yahudi sebagai tanah dan sejarah mereka
secara dusta adalah nama tempat suci umat Islam di bumi Palestina.
Masjidil Aqsha adalah masjid kuno yang telah ada sejak zaman Nabi
Ibrahim hingga masa Nabi Muhammad. Di dalam as-Shahihain disebutkan satu
hadits riwayat Abu Dzar al-Ghifari yang pernah bertanya, "wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama dibangun di muka bumi?" Beliau menjawab, "Masjidil Haram." Dia bertanya lagi, "Lalu?" Beliau menjawab, "Masjidil Aqsha." "Berapa lama jarak (pembangunan) keduanya?" tanya Abu Dzar lagi. Beliau menjawab, "Empat puluh tahun."
Menurut
para cendekiawan, Masjidi Aqsha lebih luas cakupannya daripada sekadar
bangunan yang memiliki nama tersebut. Menurut syariat, semua bangunan
yang berada di dalam pagar besar yang memiliki beberapa pintu itu
termasuk masjid. Ke lokasi masjid inilah disunahkan bepergian dan di
sanalah digandakan pahala shalat. Masjid ash-Shakhrah (Masjid Kubah Batu
[Dome of The Rock]) juga termasuk di dalamnya. Batu tersebut memiliki
sejarah leluhur. Orang pertama yang shalat di sana adalah Nabi Adam.
Nabi Ibrahim menjadikan tempat itu sebagai tempat ibadah dan tempat
sembelihan. Allah menyifati Nabi Ibrahim ini di dalam firman-Nya, "Ibrahim
bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia
adalah seorang yang lurus, muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang
musyrik," (QS. Ali 'Iran [3]: 67).
Di
tempat itu pula, Nabi Ya'qub membangun masjidnya setelah melihat tiang
dari cahaya di atasnya. Di sanalah Nabi Yusya' mendirikan kubah zaman
atau kemah tempat berkumpul yang dibuat oleh Nabi Musa di bumi Tih
(Sinai) sebagai tempat menerima wahyu. Di sana pula Nabi Dawud
membangun mihrabnya dan Nabi Sulaiman membangun masjid besar yang
dinisbahkan pada namanya sebagai tempat beribadah dan mengesakan Allah.
Batu
itulah yang menjadi tempat berpijak Nabi Muhammad ketika beliau
diperjalankan pada malam mi'raj. Orang pertama yang membangun masjid di
atasnya pada periode keislaman adalah Khalifah Abdul Malik bin Marwan
al-Umawi, Ibnu Taimiyah berkata, "Masjidil Aqsha telah dibangun pada zaman Nabi Ibrahim dan direnovasi megah oleh Nabi Sulaiman."
Kisah Nabi Ibrahim
Nabi
Ibrahim adalah putera Aazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin
Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.. Ia
dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan
Babilonia yang saat itu diperintah oleh seorang raja zalim bernama
Namrudz bin Kan'aan. Sebelum itu tempat kelahirannya berada dalam
keadaan kucar-kacir. Ini adalah karena Raja Namrud mendapat petanda
bahwa seorang bayi akan dilahirkan disana dan bayi ini akan tumbuh dan
merampas takhtanya. Antara sifat insan yang akan menentangnya ini ialah
dia akan membawa agama yang mempercayai satu tuhan dan akan menjadi
pemusnah batu berhala. Insan ini juga akan menjadi penyebab Raja Namrud
mati dengan cara yang dahsyat. Oleh itu Raja Namrud telah mengarahkan
semua bayi yang dilahirkan di tempat ini dibunuh, manakala golongan
lelaki dan wanita pula telah dipisahkan selama setahun.
Walaupun
berada dalam keadaan cemas, kehendak Allah tetap terjadi. Isteri Aazar
telah mengandung namun tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan. Pada
suatu hari dia terasa seperti telah tiba waktunya untuk melahirkan anak
dan sedar sekiranya diketahui Raja Namrud yang zalim pasti dia serta
anaknya akan dibunuh.
Dalam
ketakutan, ibu nabi Ibrahim telah bersembunyi dan melahirkan anaknya di
dalam sebuah gua yang berhampiran. Selepas itu, dia memasuki batu-batu
kecil dalam mulut bayinya itu dan meninggalkannya keseorangan. Seminggu
kemudian, dia bersama suaminya telah pulang ke gua tersebut dan terkejut
melihat nabi Ibrahim a.s masih hidup. Selama seminggu, bayi itu
menghisap celah jarinya yang mengandungi susu dan makanan lain yang
berkhasiat. Semasa berusia 15 bulan tubuh Nabi Ibrahim telah membesar
dengan cepatnya seperti kanak-kanak berusia dua tahun. Maka kedua
ibubapanya berani membawanya pulang kerumah mereka.
Nabi Ibrahim mencari Tuhan yang sebenarnya
Pada
masa Nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat di Mesopotamia beragama politeisme
yaitu menyembah lebih dari satu Tuhan dan menganut paganisme. Dewa
Bulan atau Sin merupakan salah satu berhala yang paling penting.
Bintang, bulan dan matahari menjadi objek utama penyembahan dan
karenanya, astronomi merupakan bidang yang sangat penting. Sewaktu kecil
nabi Ibrahim a.s. sering melihat ayahnya membuat patung-patung
tersebut, lalu dia berusaha mencari kebenaran agama yang dianuti oleh
keluarganya itu.
Dalam
al-Quran Surah al-Anaam (ayat 76-78) menceritakan tentang pencariannya
dengan kebenaran. Pada waktu malam yang gelap, beliau melihat sebuah
bintang (bersinar-sinar), lalu ia berkata: "Inikah Tuhanku?" Kemudian
apabila bintang itu terbenam, ia berkata pula: "Aku tidak suka kepada
yang terbenam hilang". Kemudian apabila dilihatnya bulan terbit
(menyinarkan cahayanya), dia berkata: "Inikah Tuhanku?" Maka setelah
bulan itu terbenam, berkatalah dia: "Demi sesungguhnya, jika aku tidak
diberikan petunjuk oleh Tuhanku, nescaya menjadilah aku dari kaum yang
sesat". Kemudian apabila dia melihat matahari sedang terbit (menyinarkan
cahayanya), berkatalah dia: "Inikah Tuhanku? Ini lebih besar". Setelah
matahari terbenam, dia berkata pula: "Wahai kaumku, sesungguhnya aku
berlepas diri (bersih) dari apa yang kamu sekutukan (Allah dengannya)".
Inilah daya logika yang dianugerahi kepada beliau dalam menolak agama
penyembahan langit yang dipercayai kaumnya serta menerima tuhan yang
sebenarnya.
Melihat tanda Kekuasaan Allah
Semasa
remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan
patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah
diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan
barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung
ayahnya kepada calun pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan
membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "
Nabi
Ibrahim yang sudah bertekad ingin memerangi kesyirikan dan penyembahan
berhala yang berlaku di dalam kaumnya ingin mempertebal iman dan
keyakinannya lebih dulu, untuk menenteramkan hatinya serta
membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin mangganggu pikirannya
dengan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya bagaimana Dia
menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Ia memohon kepada
Allah: "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau menghidupkan
makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab permohonannya dengan
berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?."
Nabi Ibrahim menjawab:"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan
percaya kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali
melihat itu dengan mata kepala-ku sendiri, agar aku mendapat
ketenteraman dan ketenangan hati dan agar semakin tebal dan kukuh
keyakinanku kepada-Mu dan kepada kekuasaan-Mu."
Allah
mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim lalu diperintahkanlah ia menangkap
empat ekor burung, lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian-bagian
tubuh burung itu, ia memotongnya menjadi berkeping-keping,
mencampur-baurkannya, dan kemudian tubuh burung yang sudah hancur-luluh
dan bercampur-baur itu diletakkan di empat puncak bukit yang berbeda dan
berjauhan. Setelah dikerjakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah
itu, diperintahkan-Nya Nabi Ibrahim memanggil burung-burung yang sudah
terkoyak tubuhnya dan terpisah jauh setiap bagian tubuhnya itu.
Dengan
izin Allah dan kuasa-Nya datanglah berterbangan empat ekor burung itu
dalam keadaan utuh dan bernyawa seperti sedia kala begitu mendengar
seruan dan panggilan Nabi Ibrahim kepadanya. Lalu hinggaplah empat
burung yang hidup kembali itu di depannya, dilihat dengan mata kepalanya
sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali
makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu
yang tidak ada. Dan dengan demikian tercapailah keinginan Nabi Ibrahim
untuk menenteramkan hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan
di dalam iman dan keyakinannya, bahwa kekuasaan dan kehendak Allah tidak
ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat menghalangi atau
menentangnya, dan hanya kata "Kun Fayakun", maka terjadilah apa yang
Dikehendaki-Nya.
Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Ayah Kandungnya
Aazar,
ayah Nabi Ibrahim sama sebagaimana kaumnya yang lain, bertuhan dan
menyembah berhala, ia adalah pedagang dari patung-patung yang dibuat dan
dipahatnya sendiri dan dariya orang membeli patung-patung yang
dijadikan persembahan. Nabi Ibrahim merasa bahwa kewajiban pertama yang
harus ia lakukan sebelum berdakwah kepada orang lain ialah menyadarkan
ayah kandungnya dulu orang yang terdekat kepadanya bahwa kepercayaan dan
persembahannya kepada berhala-berhala itu adalah perbuatan yang sesat
dan bodoh. Beliau merasakan bahwa kebaktian kepada ayahnya mewajibkannya
memberi penerangan kepadanya agar melepaskan kepercayaan yang sesat itu
dan mengikutinya beriman kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Dengan
sikap yang sopan dan adab yang patut ditunjukkan oleh seorang anak
terhadap orang tuanya dan dengan kata-kata yang halus ia datang kepada
ayahnya menyampaikan bahwa ia diutuskan oleh Allah sebagai nabi dan
rasul dan bahwa ia telah diilhamkan dengan pengetahuan dan ilmu yang
tidak dimiliki oleh ayahnya. Ia bertanya kepada ayahnya dengan lemah
lembut gerangan apakah yang mendorongnya untuk menyembah berhala seperti
lain-lain kaumnya padahal ia mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak
berguna sedikit pun tidak dapat mendatangkan keuntungan bagi
penyembahnya atau mencegah kerugian atau musibah. Diterangkan pula
kepada ayahnya bahwa penyembahan kepada berhala-berhala itu adalah
semata-mata ajaran setan yang memang menjadi musuh kepada manusia sejak
Adam diturunkan ke bumi lagi. Ia berseru kepada ayahnya agar merenungkan
dan memikirkan nasihat dan ajakannya berpaling dari berhala-berhala dan
kembali menyembah kepada Allah yang menciptakan manusia dan semua
makhluk yang dihidupkan memberi mereka rezeki dan kenikmatan hidup serta
menguasakan bumi dengan segala isinya kepada manusia.
Aazar
menjadi merah mukanya dan melotot matanya mendengar kata-kata seruan
puteranya Nabi Ibrahim yang ditanggapinya sebagai dosa dan hal yang
kurang patut bahwa puteranya telah berani mengecam dan menghina
kepercayaan ayahnya bahkan mengajakkannya untuk meninggalkan kepercayaan
itu dan menganut kepercayaan dan agama yang ia bawa. Ia tidak
menyembunyikan murka dan marahnya tetapi dinyatakannya dalam kata-kata
yang kasar dan dalam maki namun seakan-akan tidak ada hubungan diantara
mereka. Ia berkata kepada Nabi Ibrahim dengan nada gusar: "Hai Ibrahim!
Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku ? Dan kepercayaan
apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku
mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan cuba
mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama
ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan
persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi
bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah
engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan
engkau."
Nabi
Ibrahim menerima kemarahan ayahnya, pengusirannya dan kata-kata
kasarnya dengan sikap tenang, normal selaku anak terhadap ayah seraya
berkata: "Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan
ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan
selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka
dan malang dengan doaku untukmu." Lalu keluarlah Nabi Ibrahim
meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal
mengangkatkan ayahnya dari lembah syirik dan kafir.
Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala-berhala
Kegagalan
Nabi Ibrahim dalam usahanya menyadarkan ayahnya yang tersesat itu
sangat menusuk hatinya karena ia sebagai putera yang baik ingin sekali
melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar terangkat dari lembah
kesesatan dan syirik namun ia sedar bahwa hidayah itu adalah di tangan
Allah dan bagaimana pun ia ingin dengan sepenuh hatinya agar ayahnya
mendpt hidayah ,bila belum dikehendaki oleh Allah maka sia-sialah
keinginan dan usahanya. Penolakan ayahnya terhadap dakwahnya dengan cara
yang kasar dan kejam itu tidak sedikit pun mempengaruhi ketetapan
hatinya dan melemahkan semangatnya untuk berjalan terus memberi
penerangan kepada kaumnya untuk menyapu bersih persembahan-persembahan
yang bathil dan kepercayaan-kepercayaan yang bertentangan dengan tauhid
dan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Nabi
Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya
berdialog dan bermujadalah tentang kepercayaan yang mereka anuti dan
ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa apabila mereka sudah tidak
berdaya menolak dan menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebatilan
kepercayaan mereka maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka
kemukakan iaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang bapa-bapa dan
nenek moyang mereka lakukan sejak turun-temurun dan sesekali mereka
tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah mereka warisi.
Nabi
Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi untuk berdebat dan
bermujadalah dengan kaumnya yang keras kepala dan yang tidak mahu
menerima keterangan dan bukti-bukti nyata yang dikemukakan oleh beliau
dan selalu berpegang pada satu-satunya alasan bahwa mereka tidak akan
menyimpang daripada cara persembahan nenek moyang mereka, walaupun telah
Nabi Ibrahim menasihati mereka berkali-kali bahwa mereka dan bapa-bapa
mereka keliru dan tersesat mengikuti jejak syaitan dan iblis. Nabi
Ibrahim kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan
perbuatan yang nyata yang dapat mereka lihat dengan mata kepala mereka
sendiri bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak
berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya
sendiri.
Adalah
sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babilonia bahwa
setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang
mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota
di suatu padang terbuka, berkhemah dengan membawa bekalan makanan dan
minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil
meninggalkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan
mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai
-ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut
diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit dan diizinkanlah ia
tinggal di rumah apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi
Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan
mereka bila ia turut serta.
"Inilah
dia kesempatan yang ku nantikan." kata hati Nabi Ibrahim tatkala
melihat kota sudah kosong dari penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar
kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang
gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya
ia pergi menuju tempat beribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa
penjaga, tanpa juru kunci dan hanya deretan patung-patung yang terlihat
diserambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada semahan
bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung berkata Nabi
Ibrahim, mengejek:"Mengapa kamu tidak makan makanan yang lezat yang
disajikan bagi kamu ini? Jawablah aku dan berkata-katalah kamu."
Kemudian disepak, ditamparlah patung-patung itu dan dihancurkannya
berpotong-potong dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang
besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu yang pada lehernya
dikalungkanlah kapak Nabi Ibrahim itu.
Terperanjat
dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar
kota dan melihat keadaan patung-patung, tuhan-tuhan mereka hancur
berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai.
Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada hairan dan takjub:
"Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan
keji ini terhadap tuhan-tuhan persembahan mrk ini?" Berkata salah
seorang diantara mrk:"Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu
mengolok-olok dan mengejek persembahan kami yang bernama Ibrahim itulah
yang melakukan perbuatan yang berani ini." Seorang yang lain menambah
keterangan dengan berkata:"Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia
adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kami semua berada
di luar merayakan hari suci dan keramat itu." Selidik punya selidik,
akhirnya terdpt kepastian yang tidak diragukan lagi bahwa Ibrahimlah
yang merusakkan dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota
beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau
penghinaan yang tidak dpt diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan
mrk. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru,
yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawab dalam suatu
pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut
serta menyaksikannya.
Dan
memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya
dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat dapat turut
menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara
terselubung berdakwah menyerang kepercayaan mrk yang bathil dan sesat
itu, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa,
kalau diantara yang hadir ada yang masih boleh diharapkan terbuka
hatinya bagi iman dari tauhid yang ia ajarkan dan dakwahkan. Hari
pengadilan ditentukan dan datang rakyat dari segala pelosok
berduyung-duyung mengujungi padang terbuka yang disediakan bagi sidang
pengadilan itu.
Ketika
Nabi Ibrahim datang menghadap Raja Namrudz yang akan mengadili ia
disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan,
menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang
telah berani menghancurkan persembahan mrk. Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh
Raja Namrud:"Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan
tuhan-tuhan kami?" Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim
menjawab:"Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang
melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang
menghancurkannya." Raja Namrudpun terdiam sejenak. Kemudian beliau
berkata:" Engkaukan tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat bercakap
dan berkata mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?" Tibalah
masanya yang memang dinantikan oleh Nabi Ibrahim, maka sebagai jawapan
atas pertanyaan yang terakhir itu beliau berpidato membentangkan
kebathilan persembahan mereka, yang mereka pertahankan mati-matian,
semata-mata hanya karena adat itu adalah warisan nenek-moyang. Berkata
Nabi Ibrahim kepada Raja Namrud itu:"Jika demikian halnya, mengapa kamu
sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat
dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak
mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan
kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan
kamu itu! Tidakkah dapat kamu berpikir dengan akal yang sihat bahwa
persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya difahami oleh
syaitan. Mengapa kamu tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kamu,
menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi
dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan
persembahan kamu itu."
Setelah
selesai Nabi Ibrahim menguraikan pidatonya itu, Raja Namrud mencetuskan
keputusan bahwa Nabi Ibrahim harus dibakar hidup-hidup sebagai ganjaran
atas perbuatannya menghina dan menghancurkan tuhan-tuhan mrk, maka
berserulah para hakim kepada rakyat yang hadir menyaksikan pengadilan
itu:"Bakarlah ia dan belalah tuhan-tuhanmu, jika kamu benar-benar setia
kepadanya."
Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup
Keputusan
mahkamah telah dijatuhkan. Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar
hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan.
Persiapan bagi upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh
rakyat sedang diaturkan. Tanah lapang bagi tempat pembakaran disediakan
dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap
penduduk secara gotong-royong harus mengambil bahagian membawa kayu
bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan
persembahan mrk yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.
Berduyun-duyunlah
para penduduk dari segala penjuru kota membawa kayu bakar sebagai
sumbangan dan tanda bakti kepada tuhan mereka. Di antara terdapat para
wanita yang hamil dan orang yang sakit yang membawa sumbangan kayu
bakarnya dengan harapan memperolehi barakah dari tuhan-tuhan mereka
dengan menyembuhkan penyakit mereka atau melindungi yang hamil di kala
ia bersalin.
Setelah
terkumpul kayu bakar di lapangan yang disediakan untuk upacara
pembakaran dan tertumpuk serta tersusun laksana sebuah bukit,
berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman
atas diri Nabi Ibrahim. Kayu lalu dibakar dan terbentuklah gunung berapi
yang dahsyat yang sedang berterbangan di atasnya berjatuhan terbakar
oleh panasnya wap yang ditimbulkan oleh api yang menggunung itu.
Kemudian dalam keadaan terbelenggu, Nabi Ibrahim diangkat ke atas sebuah
gedung yang tinggi lalu dilemparkan ia kedalam tumpukan kayu yang
menyala-nyala itu dengan iringan firman Allah:"Hai api, menjadilah
engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."
Sejak
keputusan hukuman dijatuhkan sampai saat ia dilemparkan ke dalam bukit
api yang menyala-nyala itu, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sikap tenang
dan tawakkal karena iman dan keyakinannya bahwa Allah tidak akan rela
melepaskan hamba pesuruhnya menjadi makanan api dan kurban keganasan
orang-orang kafir musuh Allah. Dan memang demikianlah apa yang terjadi
tatkala ia berada dalam perut bukit api yang dahsyat itu ia merasa
dingin sesuai dengan seruan Allah Pelindungnya dan hanya tali temali dan
rantai yang mengikat tangan dan kakinya yang terbakar hangus, sedang
tubuh dan pakaian yang terlekat pada tubuhnya tetap utuh, tidak sedikit
pun tersentuh oleh api, hal mana merupakan suatu mukjizat yang diberikan
oleh Allah kepada hamba pilihannya, Nabi Ibrahim, agar dapat
melanjutkan penyampaian risalah yang ditugaskan kepadanya kepada
hamba-hamba Allah yang tersesat itu.
Orang
ramai tercengang dengan keajaiban ini dan mula mempersoalkan
kepercayaan kepada Raja Namrud. Malah anak perempuan Raja Namrud sendiri
iaitu Puteri Razia mula mempercayai agama yang dibawa oleh beliau. Lalu
Puteri itupun mengaku di hadapan khalayak ramai bahwa tuhan nabi
Ibrahim a.s. adalah tuhan yang sebenarnya. Ini telah menaikkan kemarahan
beliau yang mengarahkan tenteranya untuk membunuh puterinya itu. Puteri
itupun meluru ke arah api yang besar itu lalu berkata "Tuhan Nabi
Ibrahim selamatkanlah aku". Puteri Razia pun turut terselamat dari
terbakar dan dalam api yang membara itu kedengaran dia mengucap kalimah
syahadah. Tindakan derhaka puterinya menjadikan hati Raja Namrud semakin
membara. Sebaik sahaja puteri Razia keluar dari api tersebut beliau
serta tenteranya telah mengejarnya kedalam hutan. Ini memberi peluang
kepada Nabi Ibrahim serta adik tirinya Sarah, bapanya Azaar serta anak
saudaranya Nabi Luth untuk melarikan diri. Raja Namrud dan tenteranya
puas mencari Puteri Razia tetapi puteri itu telah hilang. Selepas sekian
lama, merekapun pulang dan mendapati bahwa Nabi Ibrahim turut terlepas.
Setelah peristiwa ini,
Raja
Namrud kian gelisah karena rakyatnya mula hilang kepercayaan dengan
kekuasaannya. Oleh itu, beliau berazam pula untuk membunuh Tuhan nabi
Ibrahim.
Mukjizat
yang diberikan oleh Allah s.w.t. kepada Nabi Ibrahim sebagai bukti
nyata akan kebenaran dakwahnya, telah menimbulkan kegoncangan dalam
kepercayaan sebahagian penduduk terhadap persembahan dan patung-patung
mrk dan membuka mata hati banyak daripada mereka untuk memikirkan
kembali ajakan Nabi Ibrahim dan dakwahnya, bahkan tidak kurang daripada
mereka yang ingin menyatakan imannya kepada Nabi Ibrahim, namun khuatir
akan mendapat kesukaran dalam penghidupannya akibat kemarahan dan balas
dendam para pemuka dan para pembesarnya yang mungkin akan menjadi hilang
akal bila merasakan bahwa pengaruhnya telah beralih ke pihak Nabi
Ibrahim.
Kisah Nabi Ibrahim di dalam Al-Quran
Di dalam Al-Quran, nama Ibrahin as, disebutkan 69 kali yang tersebar di 25 surat,
yaitu pada QS. 2:124, 2:125, 2:126, 2:130, 2:131, 2:132, 2:135, 2:136,
2:140, 2:258, 2:260, 3:65, 3:67, 3:68, 3:84, 3:95, 3:97, 4:54, 4:125,
4:163, 6:74, 6:75, 6:76, 6:77, 6:78, 6:79, 6:80, 6:83, 6:161, 9:70,
9:114, 11:69, 11:70, 11:74, 11:75, 11:76, 12:6, 12:38, 14:35, 15:51,
16:120, 16:123, 19:41, 19:46, 19:58, 21:51, 21:60, 21:62, 21:69, 22:26,
22:43, 22:78, 26:69, 29:16, 29:31, 33:7, 37:83, 37:104, 37:109, 43:26,
51:24, 53:37, 57:26, 60:4, 78:19.
Pada Surat Al-Anbiyaa' [21] : ayat 51-56, Firman Allah SWT :
Dan
sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran
sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya.
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" Mereka
menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan
yang nyata". Mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada kami dengan
sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?"
Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang
telah menciptakannya: dan aku termasuk orang-orang yang dapat
memberikan bukti atas yang demikian itu". (QS. Al-Anbiyaa' [21] : ayat
51-56)
Pada Surat Al-Anbiyaa' [21] : ayat 57-64, Firman Allah SWT :
Demi
Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim
membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang
terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali
(untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan
perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang zalim." Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda
yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim ". Mereka
berkata: "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat
orang banyak, agar mereka menyaksikan". Mereka bertanya: "Apakah kamu,
yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"
Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang
melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat
berbicara". Maka mereka telah kembali kepada kesadaran dan lalu berkata:
"Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri
sendiri)", (QS. Al-Anbiyaa' [21] : ayat 57-64)
Pada Surat Al-Anbiyaa' [21] : ayat 65-72, Firman Allah SWT :
kemudian
kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai
Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat
berbicara." Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah
sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula)
memberi mudharat kepada kamu?" Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu
sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami? Mereka berkata:
"Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar
hendak bertindak". Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan
menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", mereka hendak berbuat makar
terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang
paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri
yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. Dan Kami telah
memberikan kepada-nya (Ibrahim) lshak dan Yakub, sebagai suatu anugerah
(daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami jadikan orang-orang yang
saleh. (QS. Al-Anbiyaa' [21] : ayat 65-72)
Pada Surat Al-An'aam [6] : ayat 74-78, Firman Allah SWT :
Dan
(ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, "Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku
melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata." Dan demikianlah
Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang
terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia
termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah
bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu
tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku".
Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika
Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang
yang sesat." Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata:
"Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu
terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari
apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya
aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dan dia dibantah oleh kaumnya.
Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantah tentang Allah, padahal
sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku". Dan aku tidak takut
kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan
dengan Allah, kecuali di kala Tuhanku menghendaki sesuatu (dari
malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka
apakah kamu tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya)?" Bagaimana
aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan
Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan
sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu
untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang
lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu
mengetahui?. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman
mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan
dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-An'aam
[6] : ayat 74-82)
Pada Surat Asy-Syu'araa' [26] : ayat 69-82, Firman Allah SWT :
Dan
bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. Ketika ia berkata kepada
bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?" Mereka menjawab: "Kami
menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya".
Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (do'a)mu sewaktu
kamu berdoa (kepadanya)?, atau (dapatkah) mereka memberi manfaat
kepadamu atau memberi mudharat?" Mereka menjawab: "(Bukan karena itu)
sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian". Ibrahim
berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu
sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, karena sesungguhnya apa
yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam, (yaitu
Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan
Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku
sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku,
kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan
mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". (QS. Asy-Syu'araa' [26] : ayat
69-82)
Pada Surat Asy-Syu'araa' [26] : ayat 83-89, Firman Allah SWT :
(Ibrahim
berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke
dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur
yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku
termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, dan
ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan
orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari
mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak
berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih, (QS. Asy-Syu'araa' [26] : ayat 83-89)
Pada Surat Ibraahiim [14] : ayat 35-41, Firman Allah SWT :
Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini
(Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhanku, sesungguhnya
berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka
barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya
Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya
aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak
mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan
shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka
bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami
sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua
(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar
(memperkenankan) do'a. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah
do'aku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan
sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)".
(QS. Ibraahiim [14] : ayat 35-41)
Pada Surat Huud [11] : ayat 69-76, Firman Allah SWT :
Dan
sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada
lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Selamat."
Ibrahim menjawab: "Selamatlah," maka tidak lama kemudian Ibrahim
menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya
tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan
mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: "Jangan
kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus
kepada kaum Luth." Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia
tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang
(kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Yakub. Isterinya
berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal
aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang
sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh."
Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan
Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas
kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
Maka tatkala rasa takut hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah
datang kepadanya, diapun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami
tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang
penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim,
tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan
Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak
dapat ditolak. (QS. Huud [11] : ayat 69-76)
Item | Nabi Ibrahim as |
Rating | 5 / 5 |
Reviewer | A.P.I AL FADHLU |
Date | 10/05/2012 |
Description | A.P.I AL FADHLU BLOG:Hasil pengadilan telah dijatuhakan.Nabi Ibrahim harus dihukum dengan membakar hidup-hidup dalam api yang besar sebesar dosa yang telah dilakukan. Persiapan untuk upacara pembakaran yang akan disaksikan oleh seluruh rakyat sedang diatur. Lapangan untuk tempat pembakaran tersedia dan diadakan pengumpulan kayu bakar dengan banyaknya dimana tiap penduduk secara gotong-royong harus berpartisipasi membawa kayu bakar sebanyak yang ia dapat sebagai tanda bakti kepada tuhan-tuhan persembahan mereka yang telah dihancurkan oleh Nabi Ibrahim.KISAH PARANABI |
Summary | Pendahuluan Nama Ibrahim bin Azar Garis Keturunan Adam as ➪ Syits ➪ Anusy ➪ Qainan ➪ Mahlail ➪ Yarid ➪ Idris as ➪ Mutawasylah ➪ La... |
Pada
10/05/2012
10/05/2012
Tentang Kami
A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .
Langganan Artikel Lewat Email
Silahkan isi formulir di bawah ini
Langganan artikel terbaru dari kami langsung dikirim ke em@il anda gratis.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
: 0 Tidak ada komentar ...
Posting Komentar ANDA
Komentar Anda adalah bagian dari Shilaturrahim ... :-)