Nabi Hud as
A.P.I AL FADHLU / 10/05/2012 / Kisah 25 Nabi
Pendahuluan
Nama | Hud bin Abdullah |
Garis Keturunan | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Iram (Aram) ⇒ 'Aush ('Uks)⇒'Ad v⇒al-Khulud ⇒Rabah ⇒ Abdullah ⇒ Hud as |
Usia | 130 tahun |
Periode sejarah | 2450 - 2320 SM |
Tempat diutus (lokasi) | Al-Ahqaf (lokasinya antara Yaman dan Oman) |
Jumlah keturunannya (anak) | - |
Tempat wafat | Bagian Timur Hadramaut (Yaman) |
Sebutan kaumnya | Kaum 'Ad |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 7 kali |
Dakwah Nabi Hud
Kaum 'Ad tinggal di daerah al-Ahqaf, tepatnya diantara ar-Rub' al-Khali dan Hadramaut. Allah berfirman, "Ingatlah (Hud) saudara kamu 'Ad, yaitu ketika dia mengingatkan kaumnya tentang bukit-bukit pasir," (QS.al-Ahqaf [46]: 21).
Allah telah memberikan mereka tubuh besar dan kuat, sebagaimana terekam dalam firman-Nya, "Ingatlah
ketika Dia menjadikan kalian sebagai khalifah-khalifah setelah kaum
Nuh, dan Dia lebihkan kalian dalam kekuatan tubuh dan perawakan," (QS. Al-A'raf [7]: 69).
Kaum
'Ad adalah kabilah Arab yang tinggal di bagian selatan Jazirah Arab
setelah kaum Nabi Nuh yang beriman selamat dari banjir dahsyat. Mereka
lalu membangun rumah, perindustrian, dan memiliki peradaban maju yang
belum pernah ada sebelumnya. Allah melukiskan kota mereka dalam
firman-Nya, "Tidakkah
engkau (Muhammad) memerhatikan bagaimana Rabbmu berbuat terhadap (kaum)
'Ad? (Yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum 'Ad) yang mempunyai
bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota)
seperti itu, di negeri-negeri lain,"(QS. Al-Fajr [89]: 6-8).
Para
sejarawan menggambarkan secara detail kota ini dengan menyebutkan
berbagai istana mereka yang begitu besar, megah, dihiasi batu-batu
permata, dan dikelilingi pagar-pagar tinggi. Beragam nikmat dan kebaikan
yang melimpah ruah ini selayaknya mereka syukuri. Akan tetapi, mereka
justru tenggelam dalam kenikmatan-kenikmatan fisik dan kesenangan
duniawi. Mereka lantas menyembah tiga berhala, yaitu Shada, Shamud, dan
Haba.
Allah
kemudian mengutus Nabi Hud untuk mengajak mereka ke jalan yang lurus
setelah sebelumnya menyekutukan Allah. Mereka menyekutukan Allah tanpa
didasari bukti nyata. Kaum 'Ad pun menyingkirkan syariat Allah dari
kehidupan mereka. Allah berfirman, "(kaum)
'Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata
kepada mereka, 'Mengapa kalian tidak bertakwa?Sungguh, aku ini seorang
rasul kepercayaan (yang diutus) kepada kalian. Karena itu, bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan, aku tidak meminta imbalan kepada
kalian atas ajakan itu; imbalanku hanyalah dari Rabb seluruh alam.
Apakah kalian mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi
untuk kemegahan tanpa ditempati, dan kalian membuat benteng-benteng
dengan harapan kalian hidup kekal? dan, apabila kalian menyiksa, maka
kalian lakukan secara kejam dan bengis. Maka, bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku. Dan, tetaplah kalian bertakwa kepada-Nya yang
telah menganugerahkan kepada kalian apa yang kalian ketahui.Dia (Allah)
telah menganugerahkan kepada kalian hewan ternak, anak-anak,
kebun-kebun, dan mata air," (QS. Asy-Syu'ara [26]: 123-134)
Nabi Hud mengajak kaumnya dengan cara yang baik, tetapi mereka justru menentang ajakan beliau. Allah berfirman, "Mereka
berkata, 'Apakah kedatanganmu kepada kami agar kami hanya menyembah
Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang
kami? Maka, buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!' "(QS. Al-A'raf [7]: 70).
Ketika
Hud menggunakan segala cara yang meyakinkan untuk memberi petunjuk
kepada kaumnya, tanda-tanda kesombongan dari mereka pun mulai tampak
dalam menentang ajaran beliau. Mereka berkata kepada beliau sebagaimana
digambarkan dalam Al-Qur'an, "mereka
menjawab, 'sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat. (Agama
kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu. Dan
kami (sama sekali) tidak akan diadzhab,"(QS. Asy-Syu'ara' [26]: 136-138).
Allah
pun mengadzhab mereka dengan adzhab yang sangat pedih setelah Nabi Hud
beserta pengikutnya yang beriman diselamatkan. Peristiwa tersebut
terekam dalam Al-Qur'an, "Maka
ketika mereka melihat adzhab itu berupa awan yang menuju ke
lembah-lembah mereka, mereka berkata, 'Inilah awan yang akan menurunkan
huja kepada kita.' (Bukan!) Tetapi itulah adzha yang kalian minta agar
disegerakan datangnya, (yaitu) angin yang mengandung adzab yang pedih,
yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabbnya, sehingga
mereka (kaum 'Ad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya
(bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah kami memberi balasan
kepada kaum yang berdosa,"(QS. Al-Ahqaf [46]: 24-25).
Wilayah Kaum 'Ad
Al-Qur'an
menyebutkan wilayah kaum 'Ad terbatas di daerah al-Ahqaf. Al-Ahqaf
ialah jamak dari hiqf yang berarti padang pasir. Al-Qur'an tidak
menentukan lokasi tepatnya. Akan tetapi beberapa ahli menyebutkan bahwa
wilayah itu berada diantara Yaman dan Oman.
Majalah
A m'intresse Prancis menjelaskan motif hancurnya peradaban kota Iram
atau Ubar. Kota tersebut telah dilanda badai pasir yang sangat dahsyat.
Badai pasir itu telah mampu menimbun kota tersebut dengan ketebalan
mencapai sekitar 12 meter. Peristiwa ini dikuatkan juga oleh Al-Qur'an
dalam surah Fushshilat.
"Maka,
Kami tiupkan angin yang sangat bergemuruh kepada mereka dalam beberapa
hari yang nahas, karena Kami ingin agar mereka itu merasakansiksaan yang
menghinakan dalam kehidupan di dunia. Sedangkan adzhab akhirat pasti
lebih menghinakan dan mereka tidak diberi pertolongan," (QS. Fushshilat [41]: 16).
Data
sejarah mengungkapkan bahwa di wilayah al-ahqaf telah terjadi perubahan
iklim dari tanah subuh menjadi gurun sahara. Sebelumnya, daerah
tersebut merupakan tanah yang produktif; wilayahnya luas dan membentang
hijau, seperti yang diinformasikan Al-Quran labih dari 1400 tahun yang
lalu.
Gambar
yang diperoleh salah satu satelit buatan milik Badan Antariksa Amerika
Serikat (USA), NASA tahun 1990 telah mengungkap tentang sistem saluran
dan bendungan kuno yang pernah dipergunakan kaum 'Ad sebagai irigasi.
Bendungan dan saluran air ini mampu memasok kebutuhan air untuk
masyarakat sampai 200.000 orang. Hal itu sebagaimana pengambilan gambar
aliran dua sungai kering yang berada di dekat pemukiman kaum 'Ad. Salah
seorang peneliti yang melakukan penelitian di wilayah tersebut
menyebutkan bahwa wilayah yang berada di sekitar kota Ma'rib sangat
subur. Dipastikan seluruh daerah yang membentang antara kota Ma'rib dan
Hadramaut adalah perkebunan.
Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Ad
'Ad
adalah nama bapak suatu suku yang hidup di jazirah Arab di suatu tempat
bernama Al-Ahqaf terletak di utara Hadramaut antara Yaman dan Umman,
yang termasuk suku tertua sesudah kaum Nabi Nuh serta terkenal dengan
kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan kuat. Mereka
dikarunia oleh Allah tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang
mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercocok
tanam untuk bahan makanan mereka. dan memperindah tempat tinggal mereka
dengan kebun-kebun bunga yang indah-indah. Berkat karunia Tuhan itu
mereka hidup makmur, sejahtera dan bahagia serta dalam waktu yang
singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku yang terbesar diantara
suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana
kaum Nabi Nuh, kaum Hud (suku 'Ad) ini tidak mengenal Allah Yang Maha
Kuasa Pencipta alam semesta. Mereka membuat patung-patung yang diberi
nama Shamud dan Alhattar dan itu yang disembah sebagai tuhan mereka yang
menurut kepercayaan mereka dapat memberi kebahagiaan, kebaikan dan
keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah.
Ajaran Nabi Idris as dan Nabi Nuh as sudah tidak berbekas dalam hati,
jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari. Mereka tenggelam dalam
kenikmatan hidup, berkat tanah yang subur dan memberikan hasil yang
melimpah ruah. Menurut anggapan mereka adalah karunia dan pemberian
kedua berhala yang mereka sembah. Karenanya mereka senantiasa sujud
kepada kedua berhala itu, mensyukurinya sambil memohon perlindungannya
dari segala bahaya dan mushibah berupa penyakit atau kekeringan.
Sebagai
akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu, pergaulan hidup mereka
dikuasai oleh tuntutan dan pimpinan Iblis, di mana nilai-nilai moral dan
akhlak tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk
seseorang. Tetapi kebendaan dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol
sehingga timbul kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang dalam masyarakat
di mana yang kuat menindas yang lemah, yang besar memperkosa yang kecil,
dan yang berkuasa memeras yang di bawahnya. Sifat-sifat sombong,
congkak, iri-hati, dengki, hasut dan benci-membenci yang didorong oleh
hawa nafsu yang merajalela dan menguasai penghidupan mereka, sehingga
tidak memberi tempat kepada sifat-sifat belas kasihan, sayang
menyayangi, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran
masyarakat suku 'Ad tatkala Allah mengutus Nabi Hud sebagai nabi dan
rasul kepada mereka.
Nabi Hud bersama Kaumnya
Sudah
menjadi sunnah Allah sejak diturunkannya Adam ke bumi bahwa dari masa
ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan yang sesat,
sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh
Nabi-nabi-Nya diutuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk
menyegarkan kembali ajaran-ajaran nabi-nabi yang sebelumnya. Dan
mengembalikan masyarakat yang sudah tersesat ke jalan yang lurus dan
benar, serta mencuci bersih jiwa manusia dari segala tahayul dan syirik.
Kemudian menggantinya dan mengisinya dengan iman tauhid dan aqidah yang
sesuai dengan fitrah.
Demikianlah,
maka kepada suku 'Ad yang telah dimabukkan oleh kesejahteraan hidup dan
kenikmatan duniawi sehingga tidak mengenal Tuhannya yang mengurniakan
itu semua. Di utuslah kepada mereka, Nabi Hud seorang dari suku mereka
sendiri, dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh serta terkenal
sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik, budi pekerti yang luhur dan
sangat bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya. Nabi Hud memulai
dakwahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku 'Ad kepada tanda-tanda
adanya Allah, yang berupa alam sekeliling mereka. Dan bahwa Allahlah
yang menciptakan mereka semua serta memberi karunia kepada mereka dengan
segala kenikmatan hidup yang berupa tanah subur, air yang mengalir
serta tumbuh-tumbuhan yang tegak dan kuat. Dialah yang seharusnya mereka
sembah dan bukan patung-patung yang mereka buat sendiri. Mereka sebagai
manusia adalah makhluk Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya
merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang dapat mereka hancurkan
sendiri.
Diterangkan
oleh Nabi Hud bahwa dia adalah utusan Allah yang diberi tugas untuk
membawa mereka ke jalan yang benar, beriman kepada Allah yang
menciptakan mereka, menghidupkan dan mematikan mereka, memberi rezeki
atau mencabutnya dari mereka. Ia tidak mengharapkan upah dan menuntut
balas jasa atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang
benar. Ia hanya menjalankan perintah Allah dan memperingatkan mereka
bahwa jika mereka tetap menutup telinga dan mata mereka terhadap ajakan
dan dakwahnya. Maka mereka akan ditimpa azab dan dibinasakan oleh Allah
sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang mati binasa tenggelam dalam
air bah akibat kesombongan mereka menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh,
serta tetap bertahan pada kepercayaan mereka kepada berhala dan
patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi
kaum 'Ad seruan dan dakwah Nabi Hud itu merupakan barang yang tidak
pernah mereka dengar. Mereka melihat bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi
Hud itu akan mengubah cara hidup mereka serta mengubah peraturan dan
adat istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang
mereka. Mereka tercengang dan merasa heran bahwa seorang dari suku
mereka sendiri telah berani berusaha merombak tatacara hidup mereka
serta menggantikan agama dan kepercayaan mereka dengan sesuatu yang
baru, yang tidak mereka kenal dan tidak diterima oleh akal pikiran
mereka. Dengan serta-merta ditolaklah oleh mereka dakwah Nabi Hud itu
dengan berbagai alasan dan tuduhan negatif terhadap diri beliau serta
ejekan-ejekan dan hinaan yang diterimanya dengan kepala dingin dan penuh
kesabaran.
Berkatalah
kaum 'Ad kepada Nabi Hud:"Wahai Hud! Ajaran dan agama apakah yang
engkau hendak anjurkan kepada kami? Engkau ingin agar kami meninggalkan
sesembahan kami kepada tuhan-tuhan kami yang berkuasa ini, dan menyembah
tuhan mu yang tidak dapat kami jangkau dengan pancaindera kami dan
tuhan yang menurut kamu tidak bersekutu. Cara persembahan yang kami
lakukan inilah yang telah kami warisi dari nenek moyang kami dan tidak
sesekali kami akan meninggalkannya, bahkan sebaliknya engkaulah yang
seharusnya kembali kepada aturan nenek moyangmu dan jangan mencederai
kepercayaan serta agama kami dengan membawa suatu agama baru yang tidak
kami kenal.
"Wahai
kaumku! jawab Nabi Hud, Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada
kamu untuk menyembah-Nya, walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya
dengan pancainderamu, namun kamu dapat melihat dan merasakan wujudnya
dalam diri kamu sendiri sebagai ciptaannya. Dan dalam alam semesta yang
mengelilingimu beberapa langit dengan matahari, bulan dan
bintang-bintangnya, serta bumi dengan gunung-gunungnya, sungai,
tumbuh-tumbuhan, dan binatang-binatang yang kesemuanya bermanfaat bagi
kamu sebagai manusia. Dan membuat kamu dapat menikmati kehidupan yang
sejahtera dan bahagia. Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan
menundukkan kepala kamu kepada-Nya.Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu,
tidak beranak dan tidak diperanakan. Walaupun kamu tidak dapat
menjangkau-Nya dengan pancainderamu, Dia ada didekatmu, serta mengetahui
segala gerak-gerik dan tingkah lakumu, mengetahui isi hatimu, denyut
jantungmu dan jalan pikiranmu. Tuhan itulah yang harus disembah oleh
manusia dengan kepercayaan penuh kepada KeEsaan-Nya dan kekuasaan-Nya,
dan bukan patung-patung yang kamu buat dengan tanganmu sendiri, kemudian
kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang pasif, tidak
dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau merugikan kamu. Alangkah
bodohnya dan dangkalnya pikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu
yang sesat itu dan menolak ajaran dan agama yang telah diwahyukan
kepadaku oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa itu."
"Wahai
Hud!" jawab kaumnya,"Gerangan apakah yang menjadikan engkau
berpandangan dan berpikiran lain daripada yang sudah menjadi pegangan
hidup kami sejak dahulu kala dan menjadikan engkau meninggalkan agama
nenek moyangmu sendiri. Bahkan membuatmu menghina dan merendahkan
martabat tuhan-tuhan kami, serta membodohi kami dan menganggap kami
berakal sempit dan berpikiran dangkal? Engkau mengaku bahwa engkau
terpilih menjadi rasul utusan Tuhanmu untuk membawa agama dan
kepercayaan baru kepada kami, dan mengajak kami keluar dari jalan yang
sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus. Kami merasa
heran dan tidak dapat diterima akal kami sendiri bahwa engkau telah
dipilih menjadi utusan Tuhan. Apakah kelebihan kamu di atas seseorang
daripada kami, engkau tidak lebih tidak kurang adalah seorang manusia
biasa seperti kami, hidup makan minum dan tidur tiada bedanya dengan
kami, mengapa engkau yang dipilih oleh Tuhanmu? Sungguh engkau menurut
anggapan kami, seorang pendusta besar atau mungkin engkau berpikiran
tidak sehat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang selalu engkau ejek
hina dan cemoohkan."
"Wahai
kaumku!" jawab Nabi Hud, "aku bukanlah seorang pendusta dan pikiranku
tetap waras dan sehat tidak kurang sesuatu pun dan ketahuilah bahwa
patung-patung yang kamu pertuhankan itu tidak dapat mendatangkan
gangguan atau penyakit bagi badanku atau pikiranku. Kamu kenal aku,
sejak lama aku hidup di tengah-tengah kalian, bahwa aku tidak pernah
berdusta dan berbohong. Sepanjang pergaulanku dengan kalian, tidak
pernah terlihat pada diriku tanda-tanda ketidak wajaran perlakuanku atau
tanda-tanda yang meragukan kewarasan pikiranku dan kesempurnaan akalku.
Aku adalah benar utusan Allah yang diberi amanat untuk menyampaikan
wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat dan sudah jauh
menyimpang dari jalan yang benar, yang diajar oleh nabi-nabi yang
terdahulu. Karena Allah tidak akan membiarkan hamba-hamba-Nya terlalu
lama terlantar dalam kesesatan, dan hidup dalam kegelapan tanpa
diutus-Nya seorang rasul yang menuntun mereka ke jalan yang benar dan
penghidupan yang diridhai-Nya. Maka percayalah kamu kepadaku, gunakanlah
akal pikiranmu, berimanlah dan bersujudlah kepada Allah Tuhan seru
sekalian alam, Tuhan yang menciptakan kamu, menciptakan langit dan bumi,
menurunkan hujan dan menyuburkan tanah ladangmu, menumbuhkan
tumbuh-tumbuhan. Bersembahlah kepada-Nya dan mohon ampunlah atas segala
perbuatan salah dan tindakan sesatmu. Agar Dia menambah rezekimu dan
kemakmuran hidupmu dan terhindarlah kamu dari azab dunia sebagaimana
yang telah dialami oleh kaum Nuh dan kelak azab di akhirat. Ketahuilah
bahwa kamu akan dibangkitkan kembali kelak dari kuburmu, dan dimintai
pertanggung-jawaban atas segala perbuatanmu di dunia ini, dan amalanmu
yang baik mendapat ganjaran baik, serta yang hina dan buruk akan
mendapat ganjaran api neraka. Aku hanya menyampaikannya risalah Allah
kepada kamu, dan dengan ini telah memperingati kamu akan akibat yang
akan menimpa dirimu jika kamu tetap mengingkari kebenaran dakwahku."
Kaum
'Ad menjawab: "Kami bertambah yakin dan tidak ragu lagi bahwa engkau
telah mendapat kutukan tuhan-tuhan kami, sehingga menyebabkan pikiran
kamu kacau dan akalmu berubah menjadi sinting. Engkau telah mengucapkan
kata-kata yang tidak masuk akal bahwa jika kami mengikuti agamamu, akan
bertambah rezeki dan kemakmuran hidup kami dan bahwa kami akan
dibangkitkan kembali dari kubur kami dan menerima segala ganjaran atas
segala amalan kami. Mungkinkah kami akan dibangkitkan kembali dari kubur
kami setelah kami mati dan menjadi tulang-belulang. Dan apakah azab
serta siksaan yang engkau ancamkan kepada kami? Semua ini kami anggap
bohong belaka. Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan
mengikuti ajaranmu karena bayangan azab dan siksa yang engkau
bayang-bayangkan kepada kami. Bahkan kami menentang kepadamu,
datangkanlah apa yang engkau ancamkan itu, jika benar kata-katamu dan
bukan seorang pendusta."
"Baiklah!",
jawab Nabi Hud," Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan tetap
berkeras kepala tidak menghiraukan dakwahku dan meninggalkan
persembahanmu kepada berhala-berhala itu. Maka tunggulah saat tibanya
pembalasan Tuhan di mana kamu tidak akan dapat melepaskan diri dari
bencananya. Allah menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan
risalah-Nya dengan sepenuh tenagaku kepada mu, dan akan tetap berusaha
sepanjang hidupku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang
baik, yang telah digariskan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya."
Pembalasan Allah Atas Kaum 'Ad
Pembalasan
Tuhan terhadap kaum 'Ad yang tetap membangkang itu diturunkan dalam dua
tahap. Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan
kebun-kebun mereka, sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan.
Sehingga mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan
kebun-kebunnya seperti biasanya. Dalam keadaan demikian Nabi Hud masih
berusaha meyakinkan mereka bahwa kekeringan itu adalah suatu permulaan
siksaan dari Allah yang dijanjikan. Dan bahwa Allah masih memberi
kesempatan kepada mereka untuk sadar akan kesesatan mereka dan kembali
beriman kepada Allah dengan meninggalkan sesembahan mereka yang batil
kemudian bertaubat dan memohon ampun kepada Allah. Sehingga hujan turun
kembali dan terhindar dari bahaya kelaparan yang mengancam. Akan tetapi
mereka tetap belum percaya dan menganggap janji Nabi Hud itu adalah
janji kosong belaka. Mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala
mereka memohon perlindungan dari musibah yang mereka hadapi.
Tantangan
mereka terhadap janji Allah yang diwahyukan kepada Nabi Hud, segera
mendapat jawapan dengan datangnya musibah tahap kedua. Yaitu dimulai
dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam yang tebal di atas
mereka, yang disambutnya dengan sorak-sorai gembira. Karena dikiranya
bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami
kebun-kebun mereka yang sedang mengalami kekeringan. Melihat sikap kaum
'Ad yang sedang bersuka ria itu, berkatalah Nabi Hud: "Mega hitam itu
bukanlah mega hitam dan awan rahmat bagi kamu, tetapi mega yang akan
membawa kehancuranmu sebagai pembalasan Allah untuk membuktikan
kebenaran kata-kataku yang selalu kamu sangkal dan kamu dustai".
Sesaat
kemudian menjadi kenyataanlah apa yang disampaikan Nabi Hud itu, bahwa
bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu. Tetapi angin taufan
yang dahsyat dan kencang disertai bunyi gemuruh yang merusakkan
bangunan-bangunan rumah dari dasarnya, membawa berterbangan semua
perabot-perabot dan harta benda serta melempar jauh binatang-binatang
ternak. Keadaan kaum 'Ad menjadi panik, mereka berlari kesana sini
mencari perlindungan. Suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu
juga kehilangan anaknya, sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan
tanah. Bencana angin taufan itu berlangsung selama delapan hari tujuh
malam, sehingga menamatkan riwayat kaum 'Ad dalam keadaan yang
menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan bagi umat-umat yang akan
datang.
Adapun
Nabi Hud dan para sahabatnya yang beriman telah mendapat perlindungan
Allah dari bencana yang menimpa kaumnya. Setelah keadaan cuaca kembali
tenang dan tanah Al-Ahqaf sudah menjadi sunyi senyap dari kaum 'Ad,
pergilah Nabi Hud meninggalkan tempatnya berhijrah ke Hadramaut, di mana
ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan dimakamkan di
sana. Hingga sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit,
sekitar 50 km dari kota Siwun, dikunjungi para penziarah yang datang
dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Sya'ban.
Kisah Nabi Hud Dalam Al-Quran
Kisah
Nabi Hud diceritakan dalam 7 ayat, yaitu Surat Hud [11]: ayat 50, 53,
58, 60, dan 89, Surat Al-A'raaf [7]: ayat 65, Surat Asy-Syu'araa [26]:
ayat 124.
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 50-55, Firman Allah SWT :
Dan
kepada kaum 'Ad (Kami utus) saudara mereka, Huud. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia.
Kamu hanyalah mengada-adakan saja. Hai kaumku, aku tidak meminta upah
kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang
telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?" Dan (dia
berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah
kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan
Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa." Kaum 'Ad berkata: "Hai Huud, kamu tidak
mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali
tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan
kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan
melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila
atas dirimu." Huud menjawab: "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan
saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari
apa yang kamu persekutukan, dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu
dayamu semuanya terhadapku dan janganlah kamu memberi tangguh kepadaku.
(QS. Hud [11]:50-55)
Pada Surat Huud (Hud) [11] : ayat 56-60, Firman Allah SWT :
Sesungguhnya
aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu
binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya.
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus." Jika kamu berpaling,
maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku
diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti
(kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat
mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha
Pemelihara segala sesuatu. Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan
Huud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami;
dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. Dan
itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan
mereka, dan mendurhakai rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah
semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran). Dan
mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di
hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan
mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu. (QS.
Huud (Hud) [11] : ayat 56-60)
Pada Surat Asy-Syu'araa [26] : ayat 123-140, Firman Allah SWT :
Kaum
'Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata
kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah
kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan sekali-kali aku tidak minta upah
kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta
alam. Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk
bermain-main, dan kamu membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kamu
kekal (di dunia)? Dan apabila kamu menyiksa, maka kamu menyiksa sebagai
orang-orang kejam dan bengis.
Maka
bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan bertakwalah kepada
Allah yang telah menganugerahkan kepadamu apa yang kamu ketahui. Dia
telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak,
dan kebun-kebun dan mata air, sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa
azab hari yang besar". Mereka menjawab: "Adalah sama saja bagi kami,
apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat, (agama kami) ini
tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu, dan kami sekali-kali
tidak akan di "azab". Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan
mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. Dan
sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (QS.
Asy-Syu'araa [26] : ayat 123-140)
Pengajaran Dari Kisah Nabi Hud
Nabi
Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik serta patut ditiru dan
diikuti oleh juru dakwah dan ahli penerangan agama. Beliau menghadapi
kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan penuh kesabaran,
ketabahan dan kelapangan dada. Ia tidak sesekali membalas ejekan dan
kata-kata kasar mereka dengan hal yang serupa. Tetapi menolaknya dengan
kata-kata yang halus, yang menunjukkan bahwa beliau dapat menguasai
emosinya dan tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.
Nabi
Hud tidak marah dan tidak gusar ketika kaumnya mengejek dengan
menuduhnya telah menjadi gila dan sinting. Ia dengan lemah lembut
menolak tuduhan dan ejekan itu dengan berkata:"Aku tidak gila dan bahwa
tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak dapat menggangguku atau mengganggu
pikiranku sedikit pun, aku ini adalah rasul utusan Allah kepadamu dan
betul-betul aku adalah seorang yang jujur bagimu, menghendaki kebaikanmu
dan kesejahteraan hidupmu, agar kamu terhindar dan selamat dari azab
dan siksaan Allah di dunia maupun di akhirat."
Dalam
berdialog dengan kaumnya, Nabi Hud selalu berusaha mengetuk hati nurani
mereka dan mengajak mereka berpikir secara rasional, menggunakan akal
dan pikiran yang sehat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat diterima
oleh akal mereka tentang kebenaran dakwahnya, kesesatan jalan mereka.
Juga hidayah itu adalah dari Allah, Dia akan memberinya kepada siapa
yang Dia kehendakinya.
Wallahu a’lam bisshawab.
See also:Riwayat Ringkas 25 Nabi dan Rasul
Item | Nabi Hud as |
Rating | 5 / 5 |
Reviewer | A.P.I AL FADHLU |
Date | 10/05/2012 |
Description | A.P.I AL FADHLU KISAH PARA NABI.Nabi Hud telah memberi contoh dan sistem yang baik yang patut ditiru dan diikuti oleh juru dakwah dan anggota penerangan agama. |
Summary | Pendahuluan Nama Hud bin Abdullah Garis Keturunan Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ L... |
Pada
10/05/2012
10/05/2012
Tentang Kami
A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .
Langganan Artikel Lewat Email
Silahkan isi formulir di bawah ini
Langganan artikel terbaru dari kami langsung dikirim ke em@il anda gratis.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
: 0 Tidak ada komentar ...
Posting Komentar ANDA
Komentar Anda adalah bagian dari Shilaturrahim ... :-)