Prophet Muhammad saw
A.P.I AL FADHLU / 10/07/2012 / Kisah Nabi Muhammad SAW
Pendahuluan
Nama | Muhammad bin Abdullah |
Garis Keturunan Ayah | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya'rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma'ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu'ay ⇒ Ka'ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Hasyim ⇒ Abdul Muthalib ⇒ Abdullah ⇒ Muhammad saw |
Garis Keturunan Ibu | Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra'u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ismail as ⇒ Nabit ⇒ Yasyjub ⇒ Ya'rub ⇒ Tairah ⇒ Nahur ⇒ Muqawwim ⇒ Udad ⇒ Adnan ⇒ Ma'ad ⇒ Nizar ⇒ Mudhar ⇒ Ilyas ⇒ Mudrikah ⇒ Khuzaimah ⇒ Kinanah ⇒ an-Nadhar ⇒ Malik ⇒ Quraisy (Fihr) ⇒ Ghalib ⇒ Lu'ay ⇒ Ka'ab ⇒ Murrah ⇒ Kilab ⇒ Qushay ⇒ Zuhrah ⇒ Abdu Manaf ⇒ Wahab ⇒ Aminah ⇒ Muhammad saw |
Usia | 62 tahun |
Periode sejarah | 570 - 632 M |
Tempat diutus (lokasi) | Mekah al-Mukarramah |
Jumlah keturunannya (anak) | 7 anak (3 laki-laki, 4 perempuan) |
Tempat wafat | Madinah an-Nabawiyah |
Sebutan kaumnya | Bangsa Arab |
di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak | 25 kali secara jelas |
Disadari atau tidak, wujud Tuhan pasti dirasakan oleh jiwa manusia baik redup atau benderang. Manusia menyadari bahwa suatu ketika dirinya akan mati.
Kesadaran ini mengantarkannya kepada pertanyaan tentang apa yang akan
terjadi sesudah kematian, bahkan menyebabkan manusia berusaha memperoleh
kedamaian dan keselamatan di negeri yang tak dikenal itu.
Wujud
Tuhan yang dirasakan, serta hal-ihwal kematian, merupakan dua dari
sekian banyak faktor pendorong manusia untuk berhubungan dengan Tuhan
dan memperoleh informasi yang pasti. Sayangnya tidak semua manusia mampu
melakukan hal itu. Namun, kemurahan Allah menyebabkan-Nya memilih
manusia tertentu untuk menyampaikan pesan-pesan Allah, baik untuk
periode dan masyarakat tertentu maupun untuk seluruh manusia di setiap
waktu dan tempat. Mereka yang mendapat tugas itulah yang dinamai Nabi (penyampai berita) dan Rasul (Utusan Tuhan).
Jumlah mereka secara pasti tidak diketahui. Al-Quran hanya menginforrnasikan bahwa,
"Tidak
satu umat (kelompok masyarakat) pun kecuali telah pernah diutus
kepadanya seorang pembawa peringatan" (QS Fathir [35]: 24)
Al-Quran juga menyatakan kepada Nabinya bahwa,
"Kami
telah mengutus nabi-nabi sebelum kamu, di antara mereka ada yang telah
kami sampaikan kisahnya, dan ada pula yang tidak Kami sampaikan
kepadamu" (QS Al-Mu'min [40]: 78)
Al-Quran menyebutkan secara tegas nama dua
puluh lima Nabi/Rasul; delapan belas di antaranya disebutkan dalam
Al-Quran surat Al-An'am (6): 83-86, sisanya didapatkan dari berbagai
ayat.
Nabi
Muhammad saw seperti dinyatakan Al-Quran surat Al-A'raf (7): 158
-diutus kepada seluruh manusia, dan beliau merupakan khataman nabiyyin
(penutup para nabi) (QS Al-Ahzab [33]: 40).
Masa Prakelahiran
Al-Quran menegaskan bahwa para nabi telah pernah diangkat janjinya untuk percaya dan membela Nabi Muhammad saw
"Dan
ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dan para Nabi, 'Sungguh apa
saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang
kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan kamu, niscaya kamu
sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya.' Allah
berfirman, 'Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang
demikian itu?' Mereka menjawab, 'Kami mengakui.'" (QS Ali'Imran [3]: 81)
Allah
SWT telah merencanakan sesuatu untuk Nabi Muhammad saw, jauh sebelum
kelahiran beliau. Karena itu pula sementara pakar menyatakan bahwa
kematian ayah beliau sebelum kelahiran, kepergiannya ke pedesaan
menjauhi ibunya, serta ketidakmampuannya membaca dan menulis merupakan
strategi yang dipersiapkan Tuhan kepada beliau untuk dijadikan
utusan-Nya kepada seluruh umat manusia kelak.
Bahkan ulama lain meyakini bahwa pemilihan
hal-hal tertentu berkaitan dengan beliau bukanlah kebetulan. Misalnya
bulan lahir, hijrah, dan wafatnya pada bulan Rabi'ul Awal (musim bunga).
Nama beliau Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah),
ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), kakeknya yang bergelar Abdul
Muththalib bernama Syaibah (orang tua yang bijaksana), sedangkan yang
membantu ibunya melahirkan bernama Asy-Syifa' (yang sempurna dan sehat),
serta yang menyusukannya adalah Halimah As-Sa'diyah (yang lapang dada
dan mujur).
Semuanya mengisyaratkan keistimewaan berkaitan dengan Nabi Muhammad saw
Makna nama-nama tersebut memiliki kaitan yang erat dengan kepribadian
Nabi Muhammad saw
Al-Quran
surat Al-A'raf (7): 157 juga menginformasikan bahwa Nabi Muhammad saw
pada hakikatnya dikenal oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Hal ini
antara lain disebabkan mereka mendapatkan (nama)-nya tertulis di dalam
Taurat dan Injil (QS Al-A'raf [7]: 157).
Menurut
pakar agama Islam, yang ditegaskan oleh Al-Quran itu, dapat terbaca
antara lain dalam Pertanjian Lama, Kitab Ulangan 33 ayat 2:
"...
bahwa Tuhan telah datang dari Torsina, dan telah terbit untuk mereka
itu dari Seir, kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunung
Paran."
Pemahaman
mereka berdasarkan analisis berikut: "Gunung Paran" menurut Kitab
Pertanjian Lama, Kejadian ayat 21, adalah tempat putra Ibrahim -yakni
Nabi Ismail- bersama ibunya Hajar memperoleh air (Zam-Zam). Ini berarti bahwa tempat tersebut adalah Makkah, dan dengan demikian yang
tercantum dalam Kitab Ulangan di atas mengisyaratkan tiga tempat
terpancarnya cahaya wahyu Ilahi: Thur Sina tempat Nabi Musa a.s., Seir
tempat Nabi Isa a.s. , dan Makkah tempat Nabi Muhammad saw. Sejarah
membuktikan bahwa beliau satu-satunya Nabi dari Makkah.
Karena
itu pula wajar jika Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 146 menyatakan
bahkan mereka itu mengenalnya (Muhammad saw), sebagaimana mereka
mengenal anak-anak mereka, bahkan salah seorang penganut agama Yahudi
yang kemudian masuk Islam, yaitu Abdullah bin Salam pernah berkata,
"Kami lebih mengenal dan lebih yakin tentang kenabian Muhammad saw
daripada pengenalan dan keyakinan kami tentang anak-anak kami. Siapa
tahu pasangan kami menyeleweng."
Masa Prakenabian
Ada beberapa ayat Al-Quran yang berbicara tentang Nabi Muhammad saw sebelum kenabian beliau. Antara lain,
"Bukankah
Dia (Tuhan) mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu,
dan Dia mendapatimu bimbang, lalu Dia memberi petunjuk kepadamu, dan Dia
mendapatimu dalam keadaan kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan?"
(QS Al-Dhuha [93]: 6-8)
Beliau
yatim sejak di dalam kandungan, kemudian dipelihara dan dilindungi oleh
paman dan kakeknya. Beliau hidup di dalam keresahan dan kebimbangan
melihat sikap masyarakatnya, lalu Allah memberinya petunjuk, dan
mengangkatnya sebagai Nabi dan Rasul. Beliau hidup miskin karena ayahnya
tidak meninggalkan warisan untuknya, kecuali beberapa ekor kambing dan
harta lainnya yang tidak berarti. Tetapi Allah memberinya kecukupan, khususnya menjelang dan saat hidup berumah tangga dengan istrinya, Khadijah a.s.
Ayat
lain yang oleh ulama dianggap berbicara tentang Nabi Muhammad saw pada
masa kanak-kanaknya, adalah surat Alam Nasyrah ayat pertama:
"Bukankah Kami (Tuhan) telah melapangkan dada untukmu?"
Sebagian
ulama mengartikan kata nasyrah dengan "memotong/membedah." Memang, bila
dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat materi, artinya demikian.
Apabila dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat nonmateri, kata itu
mengandung arti membuka, memberi pemahaman, menganugerahkan ketenangan
dan semaknanya. Yang mengaitkan dengan hal-hal materi berpendapat bahwa
ayat ini berbicara tentang "pembedahan" yang pernah dilakukan oleh para
malaikat terhadap Nabi Muhammad saw kala beliau remaja. Pendapat ini
antara lain dikemukakan oleh mufasir An -Naisaburi.
Tetapi
sepanjang penelitian Prof. Dr. M. Quraish Shihab, kata tersebut dengan
berbagai bentuknya terulang sebanyak 5 kali, dan tidak satu pun yang
digunakan dengan arti harfiah, apalagi bermakna pembedahan. Akan lebih
jelas lagi jika hal itu disejajarkan dengan ayat yang berbicara tentang
doa Nabi Musa a.s. di dalam Al-Quran.
"Wahai
Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku dan
lepaskanlah kekakuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku" (QS
Thaha [20]: 25-28)
Selanjutnya
Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Muhammad saw tidak pernah membaca satu
kitab atau menulis satu kata sebelum datangnya wahyu Al-Quran.
"Engkau
tidak pernah membaca satu kitab pun sebelumnya (Al-Quran), tidak juga
menulis satu tulisan dengan tanganmu, (andai kata kamu pernah membaca
dan menulis) pasti akan benar-benar ragulah orang yang mengingkari-(mu)"
(QS Al-'Ankabut [29]: 48).
Ayat
ini secara pasti menyatakan bahwa beliau saw adalah orang yang tidak
pandai membaca dan menulis. Banyak ulama yang memahami bahwa kendatipun
kemudian Nabi saw menganjurkan umatnya belajar membaca dan menulis,
namun beliau sendiri tidak melakukannya, karena Allah SWT ingin
menjadikan beliau sebagai bukti bahwa informasi yang diperolehnya
benar-benar bukan bersumber dari manusia, melainkan dari Allah SWT
Ada
juga ulama yang memahami bahwa ketidakmampuan beliau membaca hanya
terbatas sampai sebelum terbukti kebenaran ajaran Islam. Setelah
kebenaran Islam terbukti -setelah hijrah ke Madinah- beliau telah pandai
membaca. Menurut pendukungnya ide ini dikuatkan antara lain oleh kata
"sebelumnya" yang terdapat pada ayat di atas.
Memang,
kata ummi hanya ditemukan dua kali dalam Al-Quran (QS Al-A'raf [7] 157
dan 158), dan keduanya menjadi sifat Nabi Muhammad saw Memang kedua ayat
itu turun di Makkah, meskipun ada juga ayat lain yang turun di Madinah
menyatakan,
"Dia (Allah) yang mengutus kepada masyarakat ummiyyin (buta huruf), seorang Rasul di antara mereka" (QS Al-Jum'ah [62]: 2)
Di sisi lain, harus disadari bahwa masyarakat beliau ketika itu menganggap kemampuan menulis sebagai bukti kelemahan seseorang.
Pada
masa itu sarana tulis-menulis amat langka, sehingga masyarakat amat
mengandalkan hafalan. Seseorang yang menulis dianggap tidak memiliki
kemampuan menghafal, dan ini merupakan kekurangan. Penyair Zurrummah
pernah ditemukan sedang menulis, dan ketika ia sadar bahwa ada orang
yang melihatnya, ia bermohon: "Jangan beri tahu siapa pun, karena ini
(kemampuan menulis) bagi kami adalah aib."
Memang,
nilai-nilai dalam masyarakat berubah, sehingga apa yang dianggap baik
pada hari ini, boleh jadi sebelumnya dinilai buruk. Pada masa kini
kemampuan menghafal tidak sepenting masa lalu, karena sarana
tulis-menulis dengan mudah diperoleh.
Masa Kenabian
Pada
usia 40 tahun, yang disebut oleh Al-Quran surat Al-Ahqaf ayat 15
sebagai usia kesempurnaan, Muhammad saw diangkat menjadi Nabi. Ditandai
dengan turunnya wahyu pertama Iqra' bismi Rabbik.
Sebelumnya
beliau tidak pernah menduga akan mendapat tugas dan kedudukan yang
demikian terhormat. Karena itu ditemukan ayat-ayat Al-Quran yang
menguraikan sikap beliau terhadap wahyu dan memberi kesan bahwa pada
mulanya beliau sendiri "ragu" dan gelisah mengenai hal yang dialaminya.
QS Yunus (10): 94 mengisyaratkan bahwa,
"Kalau
engkau ragu terhadap apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah
kepada orang-orang yang membaca Kitab Suci sebelum kamu (QS Yunus [10]:
94)
Kegelisahan
itu bertambah besar pada saat wahyu yang beliau nanti-nantikan tidak
kunjung datang, hingga menurut beberapa riwayat beliau sedemikian
gelisah, sampai-sampai konon beliau hampir saja mencelakakan dirinya.
Rupanya Allah SWT bermaksud menjadikan beliau lebih merindukan lagi
"sang kekasih dan firman-firman-Nya" agar semakin mantap cinta beliau
kepada-Nya.
Ketika
matahari naik sepenggalah, cahayanya memancar menerangi seluruh
penjuru. Cahayanya tidak terlalu terik, sehingga tidak menyebabkan
gangguan sedikit pun, bahkan panasnya memberikan kesegaran, kenyamanan,
dan kesehatan. Di sini Allah SWT melambangkan kehadiran wahyu selama ini
sebagai kehadiran cahaya matahari yang sinarnya demikian jelas,
menyegarkan, dan menyenangkan. Sedangkan ketidakhadiran wahyu dinyatakan
dengan kalimat, "Demi malam ketika hening."
Kenabian
Muhammad saw bukan merupakan hal yang baru bagi umat manusia. Nabi
Muhammad secara tegas diperintahkan untuk menyatakan hal itu,
"Katakanlah,
'Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. Aku tidak
mengetahui yang diperbuat terhadapku, tidak juga terhadapmu. Aku tidak
lain hanya mengikuti yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain seorang
pemberi peringatan yang menjelaskan.'" (QS Al-Ahqaf [46]: 9)
Namun
demikian kenabian Muhammad saw berbeda dengan kenabian utusan Tuhan
yang lain. Sebelum beliau, para Nabi dan Rasul diutus untuk masyarakat
dan waktu tertentu, tetapi Nabi Muhammad saw diutus untuk seluruh
manusia di setiap waktu dan tempat,
"Katakanlah
(hai Muhammad), 'Wahai seluruh manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan
Allah untuk kamu semua'" (QS Al-A'raf [7]: 158)
Ada
sementara orientalis yang menduga bahwa pada mulanya Nabi Muhammad saw
hanya bermaksud mengajarkan agamanya kepada orang-orang Arab, tetapi
setelah beliau berhasil di Madinah, beliau memperluas dakwahnya untuk
seluruh manusia.
Pendapat ini sungguh keliru, karena sejak di Makkah beliau telah menegaskan bahwa beliau diutus untuk seluruh manusia.
"Katakanlah
(hai Muhammad), 'Wahai seluruh manusia! Sesungguhnya aku adalah utusan
Allah untuk kamu semua.'" (QS Al-A'raf [7]: 158)
Ayat
ini turun ketika Nabi saw sedang berada di Makkah, bahkan menurut
sementara ulama, semua ayat Al-Quran yang dimulai dengan panggilan
"Wahai seluruh manusia," semuanya turun di Makkah kecuali beberapa ayat.
Ketika
masyarakat Arab Quraisy meminta bukti-bukti yang bersifat
suprarasional, Nabi Muhammad saw diperintahkan untuk menyampaikan
kalimat-kalimat berikut:
"Katakanlah,
'Sesungguhnya bukti-bukti itu bersumber dari Allah, sedang aku hanya
pembawa peringatan yang menjelaskan.'" (QS Al-'Ankabut [29]: 50)
Memang Nabi Muhammad saw tidak mengandalkan hal-hal yang bersifat suprarasional sebagai bukti kebenaran ajarannya.
Bukti
kebenaran kenabian dan kerasulannya adalah Al-Quran dan diri beliau
sendiri yang ummi (tidak pandai membaca dan menulis). Para pakar
bersepakat dengan menggunakan berbagai tolok ukur untuk mengakui beliau
sebagai manusia teragung yang pernah dikenal oleh sejarah kemanusiaan
"Wahai
seluruh manusia, telah datang kepada kamu bukti yang sangat jelas dan
Tuhanmu (yakni Muhammad saw), dan Kami telah (pula) menurunkan cahaya
yang terang benderang (Al-Quran)" (QS Al-Nisa' [4]: 174)
Akhlak dan Fungsi Kenabian Muhammad saw
Al-Quran
mengakui secara tegas bahwa Nabi Muhammad saw memiliki akhlak yang
sangat agung. Bahkan dapat dikatakan bahwa konsideran pengangkatan
beliau sebagai nabi adalah keluhuran budi pekertinya. Hal ini dipahami
dari wahyu ketiga yang antara lain menyatakan bahwa:
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas akhlak yang agung" (QS Al-Qalam [68]: 4)
Kata "di atas" tentu mempunyai makna yang sangat dalam, melebihi kata lain, misalnya, pada tahap/dalam keadaan akhlak mulia
Seperti
dikemukakan di atas, Al-Quran surat Al-An'am ayat 90 menyebutkan dalam
rangkaian ayat-ayatnya 18 nama Nabi/Rasul. Setelah kedelapan belas nama
disebut, Allah berpesan kepada Nabi Muhammad saw, "Mereka itulah yang telah memperoleh petunjuk dari Allah, maka hendaknya kamu meneladani petunjuk yang mereka peroleh."
Karena itu pula sebagian ulama tafsir menyimpulkan, bahwa pastilah Nabi
Muhammad saw telah meneladani sifat-sifat terpuji para nabi sebelum
beliau
Nabi Nuh a.s. dikenal sebagai seorang yang gigih dan tabah dalam berdakwah. Nabi Ibrahim a.s.
dikenal sebagai seorang yang amat pemurah, serta amat tekun
bermujahadah mendekatkan diri kepada Allah. Nabi Daud a.s. dikenal
sebagai nabi yang amat menonjolkan rasa syukur serta penghargaannya
terhadap nikmat Allah. Nabi Zakaria a.s., Yahya a.s., dan Isa a.s.,
adalah nabi-nabi yang berupaya menghindari kenikmatan dunia demi
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Nabi Yusuf a.s. terkenal gagah, dan
amat bersyukur dalam nikmat dan bersabar menahan cobaan. Nabi Yunus a.
s. diketahui sebagai nabi yang amat khusyuk ketika berdoa, Nabi Musa
terbukti sebagai nabi yang berani dan memiliki ketegasan, Nabi Harun
a.s. sebaliknya, adalah nabi yang penuh dengan kelemahlembutan. Demikian
seterusnya, dan Nabi Muhammad saw meneladani semua keistimewaan mereka
itu.
Ada beberapa sifat Nabi Muhammad saw yang ditekankan oleh Al-Quran, antara lain,
"Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu (umat manusia), serta sangat menginginkan kebaikan
untuk kamu semua, lagi amat tinggi belas kasihannya serta penyayang
terhadap orang-orang mukmin" (QS Al-Tawbah [9]: 128)
Begitu
besar perhatiannya kepada umat manusia, sehingga hampir-hampir saja ia
mencelakakan diri demi mengajak mereka beriman (baca QS Syu'ara [26]:
3). Begitu luas rahmat dan kasih sayang yang dibawanya, sehingga
menyentuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan makhluk-makhluk tak
bernyawa.
Sebelum Eropa memperkenalkan Organisasi Pencinta Binatang, Nabi Muhammad saw telah mengajarkan,
"Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang-binatang, kendarailah dan makanlah dengan baik."
"Seorang wanita terjerumus ke dalam neraka karena seekor kucing yang dikurungnya."
"Seorang wanita yang bergelimang dosa diampuni Tuhan karena memberi minum seekor anjing yang kehausan."
Rahmat
dan kasih sayang yang dicurahkannya sampai pula pada benda-benda tak
bernyawa. Susu, gelas, cermin, tikar, perisai, pedang, dan sebagainya,
semuanya beliau beri nama, seakan-akan benda-benda tak bernyawa itu
mempunyai kepribadian yang membutuhkan uluran tangan, rahmat, kasih
sayang, dan persahabatan.
Diakui bahwa Muhammad saw diperintahkan Allah untuk menegaskan bahwa,
"Aku tidak lain kecuali manusia seperti kamu, (tetapi aku) diberi wahyu ..." (QS Al-Kahf [18]: 110)
Beliau
adalah manusia seperti manusia yang lain dalam naluri, fungsi fisik,
dan kebutuhannya, tetapi bukan dalam sifat-sifat dan keagungannya,
karena beliau mendapat bimbingan Tuhan dan kedudukan istimewa di
sisi-Nya, sedang yang lain tidak demikian. Seperti halnya permata adalah
jenis batu yang sama jenisnya dengan batu yang di jalan, tetapi ia
memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh batu-batu lain. Dalam
bahasa tafsir Al-Quran, "Yang sama dengan manusia lain adalah basyariyah
bukan pada insaniyah." Perhatikan bunyi firman tadi: basyarun mitslukum
bukan insan mitslukum.
Atas
dasar sifat-sifat yang agung dan menyeluruh itu, Allah SWT menjadikan
beliau sebagai teladan yang baik sekaligus sebagai syahid (pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan)
"Sesungguhnya
terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan
(ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian." (QS Al-Ahzab [33]: 2l)
Keteladanan
tersebut dapat dilakukan oleh setiap manusia, karena beliau telah
memiliki segala sifat terpuji yang dapat dimiliki oleh manusia.
Dalam
konteks ini, Abbas Al-Aqqad, seorang pakar Muslim kontemporer
menguraikan bahwa manusia dapat diklasifikasikan ke dalam empat tipe:
seniman, pemikir, pekerta, dan yang tekun beribadah.
Sejarah
hidup Nabi Muhammad saw membuktikan bahwa beliau menghimpun dan
mencapai puncak keempat macam manusia tersebut. Karya-karyanya,
ibadahnya, seni bahasa yang dikuasainya, serta pemikiran-pemikirannya
sungguh mengagumkan setiap orang yang bersikap objektif. Karena itu pula
seorang Muslim akan kagum berganda kepada beliau, sekali pada saat
memandangnya melalui kacamata ilmu dan kemanusiaan, dan kedua kali pada
saat memandangnya dengan kacamata iman dan agama.
Banyak
fungsi yang ditetapkan Allah bagi Nabi Muhammad saw, antara lain
sebagai syahid (pembawa berita gembira dan pemberi peringatan) (QS
Al-Fath [48]: 8), yang pada akhirnya bermuara pada penyebarluasan rahmat
bagi alam semesta.
Demikian
itulah Kami jadikan kamu umat pertengahan, agar kamu menjadi saksi
terhadap manusia, dan agar Rasul (Muhammad saw) menjadi saksi terhadap
kamu ... (QS Al-Baqarah [2]: 143)
Kata
syahid/syahid antara lain berarti "menyaksikan," baik dengan pandangan
mata maupun dengan pandangan hati (pengetahuan). Ayat itu menjelaskan
keberadaan umat Islam pada posisi tengah, agar mereka tidak hanyut pada
pengaruh kebendaan, tidak pula mengantarkannya membubung tinggi ke alam
ruhani sehingga tidak berpijak lagi di bumi. Mereka berada di antara
keduanya (posisi tengah), sehingga mereka dapat menjadi saksi dalam arti
patron/teladan dan skala kebenaran bagi umat-umat yang lain, sedangkan
Rasulullah saw yang juga berkedudukan sebagai syahid (saksi) adalah
patron dan teladan bagi umat Islam.
Tingkat
syahadat (persaksian) hanya diraih oleh mereka yang menelusuri jalan
lurus (shirath al-mustaqim), sehingga mereka mampu menyaksikan yang
tersirat di balik yang tersurat. Mereka yang menurut Ibnu Sina disebut
"orang yang arif," mampu memandang rahasia Tuhan yang terbentang melalu
qudrat-Nya. Tokoh dari segala saksi adalah Rasulullah Muhammad saw yang
secara tegas di dalam ayat ini dinyatakan "diutus untuk menjadi syahid
(saksi)."
Kesimpulan yang diberikan oleh penyair Al-Bushiri: "Batas
pengetahuan tentang beliau, hanya bahwa beliau adalah seorang manusia,
dan bahwa beliau adalah sebaik-baik makhluk Allah seluruhnya."
Allahumma shalli wa sallim 'alaih wa ‘ala alih wa ashhabih ajma’in.
Wallahu a'lam bisshawab.
See also : Riwayat Ringkas 25 Nabi dan Rasul
Item | Prophet Muhammad saw |
Rating | 5 / 5 |
Reviewer | A.P.I AL FADHLU |
Date | 10/07/2012 |
Description | Prophet Muhammad saw-Nabi Muhammad saw seperti dinyatakan Al-Quran surat Al-A'raf (7): 158 -diutus kepada seluruh manusia, dan beliau merupakan khataman nabiyyin (penutup para nabi) (QS Al-Ahzab [33]: 40).A.P.I AL FADHLU BLOG |
Summary | Pendahuluan Nama Muhammad bin Abdullah Garis Keturunan Ayah Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasyl... |
Pada
10/07/2012
10/07/2012
Tentang Kami
A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .
Langganan Artikel Lewat Email
Silahkan isi formulir di bawah ini
Langganan artikel terbaru dari kami langsung dikirim ke em@il anda gratis.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
: 0 Tidak ada komentar ...
Posting Komentar ANDA
Komentar Anda adalah bagian dari Shilaturrahim ... :-)