Di Facebook

Tentang Kami

A.P.I AL FADHLUA.P.I AL FADHLU.Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya ......



AL FADHLU, A.P.I.
Pancuran,Kandangan,Bawen
50661 Semarang,Jateng
A.P.I AL FADHLU
alfadhu@gmail.com
P: (+62) 8813739848
Kontak Kami

Al fadhlu Blog Artikel

Belajar islam dan sufisme



Memahami Kelembutan dan Cinta Rasullullah SAW

Memahami Kelembutan dan Cinta Rasullullah SAW
"Dan oleh kasih Tuhanmu kamu pun (Muhammad) bersikap lemah-lembut kepada mereka" (QS 3:159)
Demikian Allah sendiri menggambarkan sifat-utama pesuruhnya. Bukan hanya itu, di dalam kitab-suci-Nya Dia kabarkan: "Telah datang padamu seorang Pesuruh dari (kalangan) dirimu sendiri. Dia merasa berat atas apa-apa yang menimpamu, sangat menginginkan (kesejahteraan)-mu, dan kepada orang-orang beriman dia amatlah penyantun dan penyayang" (QS 9:128) Kiranya, semua sifat penuh kasih dan kelembutan itu adalah suatu kenyataan logis mengingat Tuannya Muhammad s.a.w. itu telah berfirman bahwa, ia (Muhammad) tak disuruh kecuali untuk menebarkan kasih bagi alam dan segenap penghuninya (QS 21:107).
Ia adalah utusan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, ia adalah suruhan Penopang dan Pemelihara alam keseluruhan. Suatu kali sahabatnya mendengar ia berkata: ”Orang-orang yang saling mencinta karena mengakui Kebesaran-Nya, hidupnya akan penuh cahaya, sehingga bahkan para nabi dan syuhada iri kepadanya.” Memang, ”tak akan masuk surga … kecuali kalian saling mencinta,” begitu yang dinasihatkannya. Biografinya penuh dengan kisah-kisah fantastis yang mendemonstrasikan sifat penuh cinta-kasih seperti itu. Juga kepada anak-anak. Dia dikenal tak tahan mendengar tangis anak-anak sebaliknya, orang melihatnya senang menggendong dan memboncengkan mereka di atas untanya. Dia senang menciumi anak-anak sehingga, ketika seorang badui mengecamnya karena mempertunjukkan sikap yang katanya kurang ”laki-laki”, dengan agak kesal beliau (Rasullullah s.a.w) menukas: ”Siapa yang tidak mengasihi tak akan dikasihi ” Keprihatinannya terhadap nasib para janda juga sudah merupakan bahan standar dalam uraian-biografisnya. Beliau (Rasullullah) jadikan upaya mengurusi kaum yang lemah ini sebagai insentif untuk meraih surga, sebagaimana menyantuni anak yatim adalah bukti integritas keagamaan seseorang. Yang tak pernah terlupakan oleh beliau, kapan saja ia bertemu anak-anak tanpa ibu-bapa ini, adalah mengusap-usap kepala mereka. Seraya berkata: ”Orang yang menyantuni anak yatim akan bersamaku di surga, seperti jari telunjuk dan jari tengah.” Berkiprah di tengah-tengah kaum dhu’afa, belajar dari Nabi ini (Rasullullah s.a.w), adalah tak kurang daripada perjalanan spiritual untuk menemui-Nya. Katanya: ”Temui (Dia) di tengah-tengah mereka.” Meski perbudakan adalah sesuatu yang lazim di masanya, perlakuan Muhammad s.a.w. kepada mereka tak beda dengan terhadap manusia merdeka. Seorang budak perempuan yang bersedih karena menghilangkan uang belanja majikannya membuatnya mau menunda aktivitasnya. Digantinya uang yang hilang, diantarnya si budak ke pasar untuk membeli barang suruhan majikannya, dan ditemaninya pulang ke rumah demi menghindarkan kemarahan sang tuan akibat keterlambatan yang lama. Begitu baiknya ia kepada budaknya sendiri, Zaid ibn Haritsah, sehingga sang budak tetap memilih tinggal bersamanya bahkan ketika ia hendak diserahkan kembali kepada orangtuanya sebagai manusia merdeka. Kata sang budak, sepanjang hidupnya Muhammad s.a.w. tak pernah menunjukkan kekesalan kepadanya. Rasa/sifat pemaafnya nyaris tanpa batas. Rasullullah s.a.w. menjenguk musuh yang terus menghina dan menyiraminya dengan kotoran ketika si musuh didapatinya terbaring sakit. Dia menyuapi Yahudi tunanetra yang setiap hari mencacinya. Dan dia memberikan amnesti tanpa syarat kepada kaum penindas Makkah yang telah berupaya menyengsarakan hidupnya, justru ketika dia bisa melakukan apa saja setelah menaklukkan mereka. Ketika Jibril bertanya, apakah Nabi mau agar ia (Jibril) jatuhkan gunung kepada orang-orang yang menganiayanya di Tha’if, dia malah memintakan ampun atas merka. ”Karena mereka tidak mengerti,” begitu beliau berkata. Tak hanya ketika di dunia saja Muhammad s.a.w. mempersembahkan hidupnya untuk manusia.
Di ranjang-kematiannya, kata-kata yang terus terucap adalah: ”Umatku … umatku ….” Bahkan, dikabarkan bahwa, kelak di padang mahsyar sana, ketika semua orang bukan alang-kepalang kebingungan dan ketakutan, ketika ibu-ibu pun melupakan anak-anaknya karena dahsyat dan mencekamnya suasana, yang dia lakukan adalah memanggil semua orang – termasuk para pendosa: ”Halumma … halumma … (Kemarilah … kemarilah …).Biar aku berikan syafa’atku kepadamu, agar Tuhan mengampuni dosa-dosamu.” Begitu kasihnya Rasulullah Muhammad s.a.w. pada manusia sehingga dia katakan bahwa Tuhannya ada bersama orang-orang lemah, orang-orang yang hancur hatinya, orang-orang lapar, orang-orang yang terasing dan kesepian, dan orang-orang sakit. Bahkan, tak ada Islam yang lebih utama ketimbang menyantuni mereka. ”Apakah Islam yang paling baik itu?” ia ditanya. ”Islam yang paling baik adalah memberi makan orang yang lapar dan menebarkan kedamaian di tengah orang-orang yang kau kenal maupun yang asing,” jawabnya.Suatu kali ia pun mengajar kita: ”Barangsiapa menyayangi apa-apa yang ada di bumi, dia akan disayangi Yang di Langit.” Kedermawanan-hatinya tak mengecualikan manusia, bahkan makhluk lain yang bukan manusia. Sudah terkenal perintahnya agar manusia tak merusak tetumbuhan, meskipun dalam kecamuk perang. Pernah dia kabarkan pula ihwal seorang pelacur yang diampuni dosa-dosa-kejinya hanya karena memberi minum seekor anjing yang kehausan. Hingga sabdanya: ”Dalam setiap (makhluk) yang di dalamnya melata kehidupan, ada ganjaran.”Kepada orang kafir pun tak kurang-kurang ia luapkan kedermawanan hatinya. Setidaknya ini kisah Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi-nya : Seorang kafir mengunjungi Nabi, dan Nabi pun menjamunya. Sebagaimana kebiasaan orang-orang yang hanya percaya dunia, dia makan dengan ”tujuh perut”-nya. Tapi bukan itu saja. Setelah mengenyangkan dirinya, dia berbaring di ruang tamu, dan mengotori kain linen, milik Nabi, tempatnya berbaring. Malah akhirnya dia menyelinap keluar rumah begitu saja sebelum fajar menjelang. Ketika ia terpaksa kembali untuk mengambil barangnya yang tak sengaja tertinggal di rumah Nabi, didapatinya manusia mulia ini sedang mencuci kain linen itu dengan tangannya sendiri, tanpa sedikit pun menunjukkan kekesalan kepada si kafir. Memang, tak ada yang bisa ragu, Muhammad s.a.w. menjadikan jalan terpendek untuk bertemu Tuhan kita, tidak pada sekadar ibadah ritual belaka, bahkan tidak pada latihan-latihan mistik individual saja, melainkan pada besarnya cinta kita. Cinta kepada Tuhan Sang Maha Cinta, dan cinta pada sesama manusia. Mungkin, inilah spiritualitas sesungguhnya dan mubgkin juga, Inilah tasawuf, sejatinya. Semoga kita sebagai umat Rasullullah Muhammad s.a.w. Mendapatkan Syafa'at dari beliau di yauwmil akhir nanti, dengan mengikuti dan melestarikan Sunnah serta Hadits Rasullulllah s.a.w. Amin ! Doa dan keselamatan atasmu, wahai al-Musthafa!


Item Memahami Kelembutan dan Cinta Rasullullah SAW
Rating 5 / 5
Reviewer A.P.I AL FADHLU
Date 8/26/2012
Description
Summary "Dan oleh kasih Tuhanmu kamu pun (Muhammad) bersikap lemah-lembut kepada mereka" (QS 3:159) Demikian Allah sendiri menggambarkan ...

Tentang Kami

author picture

A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .

: 0 Tidak ada komentar ...

Posting Komentar ANDA

Komentar Anda adalah bagian dari Shilaturrahim ... :-)