Di Facebook

Tentang Kami

A.P.I AL FADHLUA.P.I AL FADHLU.Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya ......



AL FADHLU, A.P.I.
Pancuran,Kandangan,Bawen
50661 Semarang,Jateng
A.P.I AL FADHLU
alfadhu@gmail.com
P: (+62) 8813739848
Kontak Kami

Al fadhlu Blog Artikel

Belajar islam dan sufisme



Tajrid dan Kasab

Ulama sufi yang termasuk dalam kelompok Ahlul Kasyaf di lingkungan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, amat mengkhawatirkan adanya orang yang baru selangkah memasuki arena Tasauf sudah berani mengukir kata dan ucapan seperti perkataan Al-Hallaj. Kadang menjadikannya bahan obrolan di kedai kopi.

Jika meneliti Kitab Insan Kamil karya Syaikh Abdul Karim Al-Jilli, ada kecenderungan kepada faham yang senada dengan Al-Hallaj, tetapi ada penekanan agar tidak semudah itu meniru-niru perkataan Al-Hallaj tanpa pemahaman dan pengalaman yang benar. Al-Jilli menegaskan, “Hamba adalah hamba, Tuhan adalah Tuhan. Tidaklah bisa hamba menjadi Tuhan dan Tuhan menjadi hamba.”

Hal lain yang dikhawatirkan adalah para pemula yang menuntut ilmu tashawwuf yang kemudian meninggalkan karya dan usaha. Padahal dirinya dan keluarganya sendiri amat membutuhkan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga.

Syaikh Ibnu ‘Atho-illah berkata dalam Matnul Hikam, “Hasratmu untuk tajrid, padahal Allah masih menempatkanmu pada jalur kasab, maka hasrat yang demikian merupakan nafsu yang tersembunyi. Sebaliknya, keinginan kamu untuk berkasab padahal Allah telah meletakkan kamu dalam jalur tajrid berarti turun dari semangat dan maqom yang tinggi.”

Tajrid bisa saja terjadi dengan kehendak Allah, bukan dengan kehendak kita. Maka suatu kekeliruan bila ada orang yang menuntut ilmu tasauf, memaksakan dirinya untuk tajrid dan tidak berusaha untuk mencari nafkah bagi kepentingan dirinya dan keluarganya. Seorang milyarder yang memenuhi kebutuhannya dan keluarganya tanpa bekerja lagi, silahkan saja dia bertajrid secara lahir dan bathin. Bahkan jika ia tidak bertajrid untuk memfokuskan diri dalam ibadah, maka meninggalkan tajrid itu merupakan penurunan derajat. Namun orang yang Allah letakkan pada jalur kasab, jangan memaksakan diri untuk bertajrid.

Syaikh Al-Junaid berkata bahwa orang yang meninggalkan kasab dengan unsur kesengajaan adalah lebih berat dosanya dari berzinah dan mencuri. Lalu mengapa para guru sufi mengajarkan konsep tajrid jika meninggalkan kasab secara sengaja merupakan suatu dosa?

Tajrid itu ada tajrid lahir dan tajrid bathin. Tajrid secara lahir, berarti seseorang meninggalkan kasab demi mengabdi kepada Allah. Adapun tajrid secara bathin, yaitu Anda meyaqini bahwa kasab itu tidak mendatangkan hasil apa-apa. Jadi, tajrid secara bathin adalah seseorang meninggalkan kasab sebagai sebab datangnya rizqi dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya sebab datangnya rizqi. Secara lahir, orang itu tetap berikhtiar, karena memilih yang halal itu diperintahkan oleh Allah, maka itu adalah ibadah. Namun secara bathin, dia tidak menempatkan ikhtiar sebagai pendatang rizqi. Bathinnya telah meninggalkan kasab. Inilah tajrid bathin.

Dalam bahasa yang ekstrim, orang yang tidak bertajrid secara bathin, berarti dia telah menjadikan usahanya sendiri sebagai tuhan yang mendatangkan rizqi. Orang yang bertajrid, dia meninggalkan kasab. Orang yang bertajrid secara bathin bukan berarti meningalkan kasab secara lahir. Namun dia tidak menjadikan usahanya sendiri sebagai tuhan yang mendatangkan hasil.

Lebih jauh lagi, orang yang bertajrid secara bathin itu tetap makan, namun dia meyaqini bahwa yang memberi kekuatan dan kesehatan adalah Allah. Makanan hanyalah makhluq yang padanya Allah letakkan keberkahan yang menyehatkan dan menguatkan.

Memang ada orang-orang tertentu yang Allah berikan keistimewaan hingga tidak lagi memerlukan makanan secara lahir. Dia bisa tetap kuat dan sehat dengan keberkahan dari Allah langsung tanpa mengambilnya dari makanan. Namun hal ini tidak bisa dipaksakan. Artinya tidak datang dari usaha dan kehendak kita, tetapi datang dengan kehendak dan kuasa dari Allah.

Begitu juga ada orang-orang yang telah Allah berikan kecukupan materi tanpa berusaha lagi. Maka silahkan ia berhenti dari kasab dan masuk kepada tajrid.

Pada akhirnya, tajrid secara bathin merupakan hal yang harusnya ada pada diri kita.


Item Tajrid dan Kasab
Rating 5 / 5
Reviewer A.P.I AL FADHLU
Date 8/02/2012
Description Blog Tempat Belajar Islam Dan Sufisme
Summary Ulama sufi yang termasuk dalam kelompok Ahlul Kasyaf di lingkungan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, amat mengkhawatirkan adanya orang yang baru se...

Tentang Kami

author picture

A.P.I AL FADHLU : Asrama Pendidikan Islam Al Fadhlu adalah Pondok Pesantren yang masih menerapkan metode pendidikan ala salaf namun berpijak dan berprinsip pada "AL MUHAFAZHOTU 'ALAL QADIMISH SHALIH WAL AKHDZU BIL JADIDIL ASHLAH"(Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan) sebagai mottonya. Ikuti kami juga di G+ @ A.P.I AL FADHLU .

: 0 Tidak ada komentar ...

Posting Komentar ANDA

Komentar Anda adalah bagian dari Shilaturrahim ... :-)